Imagibilitas Permukiman pada Kelurahan Mojo Kota Surakarta
RUHULHAQ ALBARQI SLAMET SULISTYO, Ardhya Nareswari, S.T., M.T., Ph.D.
2023 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur
Di Indonesia, kawasan permukiman kumuh secara nasional meningkat dua kali lipat selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2014 seiring dengan bertambahnya penduduk di perkotaan terutama di Pulau Jawa. Kondisi permukiman kumuh tersebut membuat imagibilitas atau citra kawasan kurang kuat. Imagibilitas adalah kualitas suatu tempat yang membuatnya dapat dikenali, diingat, dan berbeda dari tempat yang lain. Kondisi imagibilitas tersebut menentukan karakter dan identitas sebuah ruang perkotaan.
Kelurahan Mojo, yang berada pada Kota Surakarta bagian selatan merupakan salah satu kawasan permukiman kumuh kota yang menjadi prioritas penataan. Beberapa upaya telah dan sedang dilakukan untuk mengurangi kondisi kekumuhan, namun pada lokasi belum muncul identitas kawasan yang khas. Padahal wilayah Mojo memiliki potensi yang besar sebagai area kawasan pasar besi, barang bekas, serta sejarah Rajamala. Kondisi tersebut pun membuat kualitas visual atau citra kawasan menjadi kurang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik permukiman dan mengetahui imagibilitas kawasan permukiman Mojo melalui parameter elemen pembentuk permukiman. Studi ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui karakteristik permukiman dan metode kuantitatif untuk mengetahui nilai imagibilitas kawasan. Cara mencari data melalui pengamatan langsung, wawancara dan penilaian visual. Hasil analisis karakteristik digunakan sebagai bahan untuk dinilai oleh responden dari masyarakat setempat dan expert.
Hasil akhir penilaian imagibilitas RW I, II, dan III bernilai sedang. Pada RW I elemen tanggul, vegetasi, bangunan komersial pelayanan umum memiliki nilai nama dan makna rendah karena tidak ada nama yang khas. Pada RW II, elemen tanggul, bangunan komersial, serta jaringan jalan mendapat nilai kebersihan dan keterawatan yang rendah. Pada RW III Nilai rendah banyak terdapat pada elemen dengan nilai keunikan seperti pada elemen tanggul, bangunan hunian, bangunan komersial, street furniture, serta signages.
Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui elemen mana yang dapat ditingkatkan imagibilitas atau tidak sehingga dapat memberikan arahan desain sesuai kondisi masing-masing elemen. Arahan penataan tersebut diharapkan dapat meningkatkan imagibilitas kawasan pada permukiman Mojo, Kota Surakarta.
In Indonesia, the national slum area has doubled over five years since 2014 in line with the increase in urban population, especially on Java Island. The condition of the slum settlements makes the image of the area not in a strong image. Imageability is the quality of a place that makes it recognizable, memorable, and different from other places. This condition of imaginability determines the character and identity of an urban space.
Kelurahan Mojo, which is located in the southern part of Surakarta City, is one of the city's slum areas which has become a priority for planning. Several efforts have been and are being made to reduce slum conditions, however, the location has not yet emerged with a distinctive regional identity. Even though the Mojo area has great potential as a market area for iron, used goods, and the history of Rajamala. This condition also makes the visual quality or image of the area less good.
This study aims to determine the characteristics of settlements and determine the imageability of Mojo settlement areas through the parameters of the elements forming settlements. This study uses a qualitative method to determine the characteristics of settlements and a quantitative method to determine the imaginability of an area. How to find data with direct observation, interviews, and visual assessment. The results of the characteristic analysis are used as material to be assessed by respondents from the local community and experts.
The final results of the imageability assessment of RW I, II, and III are moderate. In RW I the elements of embankments, vegetation, and public service commercial buildings have low name value and meaning because there is no distinctive name. In RW II, elements of the embankment, commercial buildings, and the road network score low on cleanliness and maintainability. In RW III low values are found in elements with unique values such as elements of embankments, residential buildings, commercial buildings, street furniture, and signages.
The result of this research is to find out which elements can be increased in imageability or not so that they can provide design directions according to the conditions of each element. The structuring directive is expected to increase the imageability of the area in the Mojo settlement, Surakarta City.
Kata Kunci : imagibilitas, kawasan permukiman, penilaian visual, Mojo