Laporkan Masalah

Narasi Identitas dan Konstruksi Tubuh Perempuan dengan Ekspresi Gender Androgini

Jelena Jasmine, Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc

2023 | Skripsi | Sosiologi

Perempuan sebagai subjek yang memiliki posisi sosial lebih rendah mendapatkan kerentanan lebih tinggi terhadap konstruksi gender dan tubuh ideal dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini menekan mereka untuk menjadi feminin, memiliki badan langsing, serta bersifat keibuan dan lemah lembut. Namun, saat ini ekspresi gender sudah menjadi semakin plural dan menghindari polaritas yang berlebihan. Ekspresi gender tidak lagi terbatas hanya pada maskulin dan feminin seperti apa yang sudah dikonstruksikan sejak lama. Salah satu ekspresi alternatif ialah androgini. Hal yang lalu menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana perempuan dengan ekspresi gender androgini mengonseptualisasikan tubuh androgini dalam membentuk tubuh ideal mereka dan bagaimana perempuan dengan ekspresi gender androgini merepresentasikan identitasnya melalui konstruksi tubuh ideal di lingkungan sekitar mereka.


Penelitian ini kemudian meneliti tiga informan perempuan yang memiliki ekspresi gender androgini sebagai subjek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah life history kualitatif dan dilakukan wawancara in-depth interview untuk mendapatkan data. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui dan memahami pemaknaan tubuh ideal menurut perempuan dengan ekspresi gender androgini serta mengetahui dan memahami bentuk resistensi atau pun penerimaan yang dilakukan. Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah teori performativitas milik Judith Butler dan teori counter hegemony milik Antonio Gramsci.


Berdasarkan temuan data empiris, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yaitu; (1) Para informan memiliki ekspresi gender alternatif sebagai solusi keterkekangan atas konstruksi gender dominan dan (2) Informan membentuk label androgini sebagai kotak realita baru. Performativitas yang dilakukan oleh informan membentuk identitas yang dimiliki saat ini. Berbeda dengan Butler, informan juga melakukan performativitas secara sengaja sebagai bentuk perlawanan atas konstruksi dominan yang selama ini disosialisasikan. Hal ini yang kemudian dinamakan politik performatif dalam melawan konstruksi dominan melalui ekspresi gender mereka sebagai alatnya.

Women as subjects who have a lower social position have a higher vulnerability to gender construction and ideal bodies compared to men. This pressures them to be feminine, have a slender body, motherly and gentle nature. However, nowadays gender expressions have become more plural and avoid excessive polarity. Gender expression is no longer limited to masculine and feminine as it was constructed a long time ago. One example of the alternative expression is androgyny. This research then raises two questions, the first one is how the women with androgynous gender expression conceptualize androgynous bodies in forming their ideal body and how women with androgynous gender expressions represent their identities through the construction of ideal bodies in their surroundings.


This research then examined three female informants who had androgynous gender expression as the research subjects. The method used in this study is qualitative life history and in-depth interviews were conducted to obtain data. The purpose of this study is to be able to understand the meaning of the ideal body according to women with androgynous gender expression and to understand the forms of resistance or acceptance are carried out by them. Judith Buter’s performative theory and Antonio Gramsci’s counter-hegemony are used to examine this research.


Based on empirical data findings, this study produced several findings, and that is; (1) The informants have alternative gender expressions as a solution to the constraints of dominant hegemony and (2) The informants create androgynous labels as a new reality box. The performativity that has been carried out by informants forms the identity that they owned today. However, in contrast to Butler, the informant also performs it on purpose as a form of resistance to the dominant construction that has been socialized so far. This is whats called as “performing cultural politics” with their gender expression as the platform.

Kata Kunci : Ekspresi gender, Gender expression, Androgini, Androgyny, Life History, Tubuh Ideal, Ideal Body, Non-conforming

  1. S1-2023-424746-abstract.pdf  
  2. S1-2023-424746-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-424746-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-424746-title.pdf