Cancel Culture dan Penggemar: Analisis Wacana Penggemar Kim Ga-ram Eks Anggota Le Sserafim Indonesia
Kanaya Tyzha Anandya, Dr. Gabriel Roosmargo Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2023 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA
Cancel culture merupakan bentuk budaya digital baru yang dilakukan oleh masyarakat untuk membatalkan segala bentuk dukungan terhadap orang yang dianggap telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima atau bermasalah dan dianggap tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat pada umumnya. Isu cancel culture sangat dekat dengan dunia hiburan, terutama dunia hiburan Korea Selatan. Kim Ga-ram eks anggota Le Sserafim menjadi salah satu idola asal Korea Selatan yang mengalami hal tersebut. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu mulai pada bulan Oktober 2022 – Januari 2023, dengan memperhitungkan respons penggemar, di mana saya mengikuti penggemar di media sosial Twitter untuk menemukan respons penggemar terkait wacana cancel culture, yang kemudian mengidentifikasi dan menganalisis respons tersebut menggunakan pilot communication model dari Samantha Haskell, yang terdiri atas resistance to the cancellation dan support of the cancellation. Saya juga melakukan wawancara kepada empat penggemar untuk memperdalam analisis respons.
Penelitian ini menemukan bahwa isu cancel culture ini menghasilkan banyak variasi respons dari penggemar Le Sserafim Indonesia, yang terdiri dari pendukung dan penolak terjadinya cancel culture ini. Pada hal ini, penggemar berupaya menegaskan bahwa kehidupan dan popularitas idola di dunia hiburan ditentukan oleh kekuatan penggemar yang sewaktu-waktu bisa berubah tergantung bagaimana idola itu berkelakuan selama kariernya. Penelitian ini juga menemukan bagaimana mayoritas penggemar Le Sserafim Indonesia berhenti mengasosiasikan diri mereka dan Le Sserafim dengan Ga-ram sebagai bentuk cancelling akibat kesalahan di masa lalu. Melalui penelitian ini, saya menemukan bahwa hubungan penggemar dan idola layaknya dalang dan wayang, di mana penggemar dapat menentukan kehidupan idola dalam dunia hiburan saat ini.
Cancel culture is a new form of digital culture carried out by society to cancel all forms of support for people who are considered to have said or done something unacceptable or problematic and considered not in accordance with social norms that apply in society in general. The issue of cancel culture is very close to the entertainment world, especially the South Korean entertainment world. Kim Ga-ram, a former member of Le Sserafim, became one of the idols from South Korea who experienced this. This study was conducted over four months, from October 2022 to January 2023, taking into account fan responses, where I followed fans on Twitter to find fan responses related to cancel culture discourse, which then identified and analyzed these responses using Samantha Haskell's pilot communication model, which consists of resistance to the cancellation and support of the cancellation. I also conducted interviews with four fans to deepen the analysis of responses.
This research found that the issue of cancel culture resulted in many variations in responses from Le Sserafim Indonesia fans, consisting of supporters and deniers of this cancel culture. In this case, fans try to emphasize that an idol's life and popularity in the entertainment world is determined by the strength of the fan which can change at any time depending on how the idol behaves during his career. The study also found how the majority of Le Sserafim Indonesia fans stopped associating themselves and Le Sserafim with Ga-ram as a form of cancelling due to past mistakes. Through this research, I found that fan and idol relationships are like puppeteers and puppets, where fans can determine idols' lives in today's entertainment world.
Kata Kunci : cancel culture, Ga-ram, Le Sserafim, K-Pop, penggemar, Twitter