Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas, Risk Attitude, dan Mental Fatigue terhadap Performansi, Situation Awareness, dan Stres Kerja pada Pengaturan Lalu Lintas Udara
Tahmida Fatmala Zulva, Ir. Fitri Trapsilawati, S.T., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
2023 | Tesis | S2 Teknik Industri
Pandemi Covid-19
memberikan dampak yang cukup signifikan dalam dunia penerbangan. Jumlah
penumpang mengalami penurunan dari tahun 2020 hingga tahun 2021. Namun, jumlah
penumpang terus mengalami peningkatan seiring dengan perubahan kebijakan dan
banyaknya penduduk yang telah mendapat vaksinasi. Jumlah penumpang diprediksi
akan terus meningkat hingga tahun 2037. Kepadatan lalu lintas udara yang terus
meningkat menyebabkan kompleksitas tugas pemandu lalu lintas udara atau air
traffic control meningkat hingga melebihi batas kemampuan yang dimiliki.
Hal tersebut dapat memicu kelelahan mental air traffic controller yang
dapat menyebabkan air traffic controller melakukan kesalahan-kesalahan
atau human error. Hal tersebut dapat berakibat pada beban kerja mental, performansi,
situation awareness, maupun stres kerja air traffic controller.
Selain itu, terdapat faktor lain yang masih sulit ditemukan pengaruhnya
terhadap beban kerja mental, performansi, situation awareness, maupun
stres kerja. Faktor tersebut adalah sikap seseorang dalam menghadapi risiko
atau risk attitude. Oleh karena itu, penelitian ini digunakan untuk
mengetahui interaksi antara kepadatan lalu lintas udara, mental fatigue, dan
risk attitude terhadap beban kerja mental, performansi, situation
awareness, maupun stres kerja air traffic controller.
Pada penelitian
ini dilakukan pengamatan terhadap 15 orang responden (7 pria dan 8 wanita).
Setiap responden diberikan pelatihan pengendalian lalu lintas udara sebelum
tahap pengambilan data. Penelitian ini menggunakan software ATC
Simulator 2, Visual Studio 2022, eSense Galvanic Skin Response,
trigger AX-CPT berbasis website sebagai alat utama untuk pengambilan
data. Skenario simulasi air traffic control dalam penelitian ini terdiri
dari empat, yaitu simulasi dengan diberikan trigger mental fatigue pada
kepadatan lalu lintas udara tinggi dan rendah, serta simulasi tanpa diberikan trigger
mental fatigue pada kepadatan lalu lintas udara tinggi dan rendah.
Penelitian ini digunakan untuk mengukur beban kerja mental (ready response
latency dan percentage timeout response), performansi
(persentase keberhasilan pengendalian pesawat dan jumlah error), situation
awareness (probe response latency dan percentage correct response),
dan stres kerja (konduktansi kulit) pada air traffic controller.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan lalu lintas udara dengan risk attitude tidak berpengaruh signifikan terhadap beban kerja mental, performansi, situation awareness, maupun stres kerja. Pada interaksi antara mental fatigue dengan risk attitude berpengaruh signifikan terhadap situation awareness dan stres kerja. Namun, tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja mental dan performansi. Sementara itu, pada interaksi multifaktor antara kepadatan lalu lintas udara, mental fatigue dan risk attitude tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja mental, performansi, situation awareness, maupun stres kerja air traffic controller.
The COVID-19
pandemic had a significant impact on aviation. The number of passengers has
decreased from 2020 to 2021. However, it is expected to increase steadily
thereafter, in line with changes in policy and the number of residents
receiving vaccinations. The upward trend in passenger numbers is projected to
continue until 2037. The increasing
density of air traffic causes the complexity of the task of air traffic control
to increase to exceed the capacity limit. This can trigger the air traffic
controller's mental fatigue which can cause the air traffic controller to make
human errors. This can result in mental workload, performance, situation
awareness, and work stress of air traffic controllers. Apart from that, other
factors are still difficult to find their influence on mental workload, performance,
situation awareness, and work stress. This factor is a personal attitude in
dealing with risk or risk attitude. Therefore, this study aimed to determine
the interaction between air traffic density, mental fatigue, risk attitude
towards mental workload, performance, situation awareness, and work stress of
air traffic controllers.
Seven males and
Eight females participated in this study. Each participant was given air
traffic control training before the data collection stage. This research uses
ATC Simulator 2 software, Visual Studio 2022, eSense Galvanic Skin Response,
and website-based AX-CPT triggers as the primary tool for data retrieval. There
are four scenarios of air traffic control in this study, which are simulations
with mental fatigue triggers given at high and low air traffic densities and
simulations without mental fatigue triggers at high and low air traffic
densities. This study aimed to measure mental workload, performance (percentage
of successful aircraft hand-off and the number of errors), mental workload
(ready response latency and percentage timeout response), situation awareness
(probe response latency, percentage correct response), and work stress.
The results showed
that the interaction between air traffic density and risk attitude have no
significant effects on mental workload, performance, situation awareness and work
stress. The interaction between mental fatigue and risk attitude significantly affects
situation awareness and work stress. However, there is no significant effect on
mental workload and performance. Meanwhile, the multi factors interaction
between air traffic density, mental fatigue and risk attitude have no
significant effects on mental workload, performance, situation awareness, or work
stress.
Kata Kunci : Kepadatan Lalu Lintas, Mental Fatigue, Risk Attitude, Performansi, Situation Awareness, Stres Kerja