Tingkat Adopsi, Kinerja Kelembagaan, Preferensi Dan Intensi Mengadopsi Sertifikasi Indikasi Geografis Pada Usahatani Kopi Di Jawa Tengah

PANDU LAKSONO, Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc. ; Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec. ; Ir. Any Suryantini, MM., Ph.D.

2023 | Disertasi | DOKTOR ILMU PERTANIAN

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui tingkat adopsi standar produksi kopi indikasi geografis; 2) Mengetahui persepsi petani terhadap kinerja lembaga masyarkat perlindungan indikasi geografis (MPIG); 3) Mengetahui preferensi petani terhadap standar produksi kopi indikasi geografis; dan 4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensi petani mengadopsi (intention to adopt) usahatani kopi indikasi geografis. Penelitian dilakukan di dua daerah indikasi geografis kopi yang ada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yakni wilayah indikasi geografis kopi robusta Temanggung dan wilayah indikasi geografis kopi arabika Java Sindoro-Sumbing. Keseluruhan ada 7 kecamatan yang menjadi lokasi penelitian yakni kecamatan Kledung, Ngadirejo, Gemawang, Kandangan, Bejen, Candiroto dan Kranggan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan tingkat produksi kopi dan keberadaan anggota MPIG di tingkat kecamatan. Sampel ditentukan secara purposive dan menggunakan teknik convenience sampling, dengan total responden sebanyak 299 orang, 185 orang petani kopi robusta dan 114 orang petani kopi arabika. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis kuantitatif menggunakan skala likert, analisis conditional logit model dengan pendekatan choice experiment dan analisis structural equation model (SEM). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : 1a) Petani kopi baik robusta maupun arabika memiliki tingkat adopsi yang masuk kategori tinggi berdasarkan faktor sikap, faktor perilaku niat, dan faktor pengetahuan; 1b) Tingkat adopsi petani berdasarkan faktor keyakinan terhadap kemudahan implementasi standar produksi kopi IG dan faktor fungsi manajemen masuk pada kategori moderat atau sedang; 2a) Berdasarkan aspek penyematan lembaga (institutional embedding), quality control, pengakuan pasar (market recognition), dan pengawasan penggunaan label, persepsi petani terhadap kinerja lembaga MPIG masuk pada kategori moderat atau sedang; 2b) Berdasarkan aspek local value capture petani kopi robusta memliki persepsi yang lebih baik dibandingkan petani kopi arabika terhadap kinerja lembaga MPIG; 3a) Penerapan pelarangan penggunaan pestisida pada skema IG tidak disukai oleh petani sehingga dibutuhkan kompensasi untuk penerapannya; 3b) Petani kopi arabika memiliki preferensi yang negatif terhadap penerapan syarat petik buah kopi secara selektif di dalam skema IG; 3c) Perysaratan inspeksi dan monitoring dalam skema IG tidak disukai oleh petani kopi robusta; 3d) Petani kopi robusta dan arabika memiliki preferensi yang positif terhadap ketentuan syarat pengolahan, pendampingan teknis, kontrak penjualan dan harga premium jika diterapkan dalam skema IG; 3e) Faktor usia, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, umur tanaman, dan cara pengendalian OPT berpengaruh terhadap keputusan petani untuk tidak memilih menerapkan skema IG; 4a) Variabel perceived behavioral control (PBC) merupakan variabel psikologis paling berpengaruh terhadap perilaku niat petani untuk mengadopsi standar produksi kopi IG; 4b) Faktor pengetahuan petani merupakan faktor yang memiliki efek terbesar dalam model penelitian yang dikembangkan yang berpengaruh pada niat (intention) untuk mengadopsi standar produksi kopi IG; 4c) Persepsi petani terhadap kinerja kelembagaan MPIG berpengaruh positif terhadap keinginan petani mengadopsi standar produksi kopi IG.

This study aims to: 1) determine the level of adoption of geographical indication coffee production standards; 2) determine farmers' perceptions of masyarakat perlindungan indikasi geografis (MPIG)'s performance; 3) determine farmers' preferences for production standards of geographical indication coffee; and 4) determine the factors that influence farmers' intention to adopt production standards of geographical indication coffee. The research was conducted in two coffee geographical indication areas in Temanggung Regency, Central Java, namely the Temanggung robusta coffee geographical indication area and the Java Arabica coffee Sindoro-Sumbing geographical indication area. In total, there are 7 districts selected for this study which is : Kledung, Ngadirejo, Gemawang, Kandangan, Bejen, Candiroto, and Kranggan. The research locations were selected purposefully based on the level of coffee production and the presence of MPIG members at the districts. Respondents were chosen purposively and with convenience sampling method, with a total of 299 respondents, including 185 robusta coffee farmers and 114 arabica coffee farmers.The analyses used in this study are descriptive analysis, quantitative analysis using a Likert scale, conditional logit model analysis using the choice experiment approach, and structural equation model (SEM) analysis. The results of this study found that: 1a) Robusta and Arabica coffee farmers have a high level of adoption based on attitude factors, behavioral intention factors, and knowledge factors; 1b) The level of farmers' adoption based on the intention factor and the ease of use of GI coffee production standards and the management functions' factor is in the moderate category; 2a) Based on the aspects of institutional embedding, quality control, market recognition, and monitoring of label use, farmers' perceptions of the performance of MPIG institutions are in the moderate category; 2b) Based on the local value capture aspect, Robusta coffee farmers have a better perception than Arabica coffee farmers regarding the performance of MPIG institutions; 3a) Farmers do not prefer the restriction of the use of pesticides in the GI scheme, then compensation is required for its application; 3b) Arabica coffee farmers have a negative preference for selective picking of coffee cherries implemented in the GI scheme; 3c) The inspection and monitoring requirements in the GI scheme are not preferred by Robusta coffee farmers; 3d) Robusta and Arabica coffee farmers have a positive preference for the attribute of processing method, technical assistance, sales contracts, and premium prices if implemented in the GI scheme; 3e) The factor of age, the number of workers in the family, plant age, and the method of pest control influence the farmer's decision not to accept GI scheme; 4a) The variable perceived behavioral control (PBC) is the most influential psychological variable on the behavior of farmers' intentions to adopt GI coffee production standards; 4b) The farmer's knowledge is the factor that has the greatest effect in the research model developed and influences the intention to adopt GI coffee production standards; 4c) Farmers' perceptions of MPIG institutional performance have a positive effect on farmers' willingness to adopt GI coffee production standards.

Kata Kunci : indikasi geografis, tingkat adopsi, preferensi, choice experiment, structural equation model, keinginan untuk mengadopsi