Laporkan Masalah

POLA RESEPSI MASYARAKAT VIRTUAL TWITTER DALAM MENGAWAL KASUS HUKUM FERDY SAMBO

LARAS RAKHA HANIFAH, Prof. Dr. Irwan Abdullah

2023 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Indonesia memiliki pengguna media sosial aktif sebesar 191,4 juta dengan waktu rata-rata harian penggunaan internet sebanyak 8 jam 36 menit. Alasan masyarakat mengakses internet adalah untuk menemukan informasi, melakukan pencarian referensi ide-ide, sarana berkomunikasi dengan teman dan keluarga, mengisi waktu luang, dan mengikuti berita serta kejadian terkini. Twitter menjadi salah satu media sosial yang digunakan untuk mengetahui berita atau topik sedang hangat diperbincangkan. Dewasa ini, dunia maya khususnya twitter sedang dihebohkan dengan kasus Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo yang melakukan pembunuhan atas Brigadir J. Melalui tagar #Brigadir J dan #Bharada E kasus ini kemudian menjadi viral dan menempati trending topic. Banyak masyarakat yang memberikan opininya dengan mengisyaratkan untuk melakukan pengawalan dan pengusutan karena kejanggalan-kejanggalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resepsi masyarakat yang muncul ketika membicarakan kasus hukum Ferdy Sambo. Metode penelitian yang dilakukan melalui kajian pustaka dan netnografi dengan bantuan fitur Twitter Mining Tool dari platform Netlytic.org. yang merupakan cloud-based yang mampu menganalisis teks dan jejaring sosial secara otomatis. Di mana proses pengambilan data dilakukan secara rutin mulai dari tanggal 18 Agustus hingga 9 September 2022. Data yang terkumpul kemudian di analisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dikerangkai oleh Teori Resepsi milik Stuart Hall (1980) yang diklasifikasikan kedalam 3 konsep; Dominant-Hegemonic Position, Negotiated Position, dan Oppositional Position. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat virtual twitter memaknai tema marwah Institusi Kepolisian, kenaikan harga bahan pokok, dan Etnis Batak secara Dominant-Hegemonic Position karena masyarakat virtual twitter memaknai pesan sesuai dengan konotasi siaran berita yang diproduksi. Kemudian Negotiated Position di mana pesan diterima secara dominan, tetapi dinegosiasi pada sebagian pesan pada tema KM 50, Komarudin Simanjuntak, DPR, dan pelecehan. Sedangkan tema judi online, korupsi, Film Sayap-sayap Patah, dan diskriminasi narapidana berada pada Oppositional Position di mana terjadi penolakan pesan serta membuat pemaknaan pesan tersendiri. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan terkait kasus hukum Ferdy Sambo dimaknai masyarakat virtual twitter secara utuh, dinegosiasikan, bahkan ditolak. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang nilai-nilai budaya, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki oleh tiap-tiap individu sehingga pemaknaan setiap pesan menjadi beragam.

Indonesia has 191.4 million active social media users with an average daily internet usage of 8 hours and 36 minutes. The reasons people access the internet are to find information, search for reference ideas, communicate with friends and family, fill their spare time, and follow the latest news and events. Twitter is one of the social media used to find out news or topics that are being discussed. Today, the virtual world, especially Twitter, is being shocked by the case of the Head of the Police's Profession and Security Division Inspector General Ferdy Sambo who committed the murder of Brigadier J. Through the hashtags #Brigadier J and #Bharada E, this case then went viral and became a trending topic. Many people gave their opinions by hinting at escorting and investigating because of the irregularities. This research aims to find out the public reception patterns that arise when discussing Ferdy Sambo's legal case. The research method is carried out through literature review and netnography with the help of the Twitter Mining Tool feature from the Netlytic.org platform. which is cloud-based capable of automatically analyzing text and social networks. Where the data collection process is carried out regularly starting from August 18 to September 9, 2022. The data collected is then analyzed with a qualitative approach. This research is framed by Stuart Hall's Reception Theory (1980) which is classified into 3 concepts; Dominant-Hegemonic Position, Negotiated Position, and Oppositional Position. The results showed that the virtual twitter community interpreted the themes of the dignity of the Police Institution, rising prices of staples, and Batak Ethnicity in a Dominant-Hegemonic Position because the virtual twitter community interpreted the message in accordance with the connotation of the news broadcast produced. Then Negotiated Position where messages are dominantly accepted, but negotiated on some messages on the themes of KM 50, Komarudin Simanjuntak, DPR, and harassment. While the themes of online gambling, corruption, Sayap-sayap Patah Movie, and prisoner discrimination are in the Oppositional Position where there is a rejection of the message and makes its own message meaning. From these results, it can be concluded that the messages conveyed regarding Ferdy Sambo's legal case are interpreted by the virtual twitter community as a whole, negotiated, and even rejected. This is influenced by the background of cultural values, knowledge, and experiences possessed by each individual so that the meaning of each message becomes diverse.

Kata Kunci : Pola Resepsi, Masyarakat Virtual Twitter, Ferdy Sambo

  1. S1-2023-443286-abstract.pdf  
  2. S1-2023-443286-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-443286-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-443286-title.pdf