Kinerja Framing Pada Perlawanan Gerakan Lingkungan Melalui Media Sosial (Analisis Wacana Multimodalitas Akun Twitter @Wadas_Melawan)
FELLALIA HASNA H, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si.
2022 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGIKajian ini membahas mengenai gerakan lokal berbasis lingkungan, yang berusaha mempertahankan ruang hidup pada aktivitas penambangan. Gerakan lokal yang dimaksud adalah Gempa Dewa (Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas) yang memiliki akun Twitter @Wadas_Melawan. Narasi kontra @Wadas_Melawan disandarkan pada argumentasi bahwa Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah riskan terhadap degradasi ekologi, jika tanah Wadas dijadikan lokasi penambangan batuan andesit. Penambangan tersebut ditujukan untuk material pembangunan Bendungan Bener sebagai proyek nasional. Walau gerakan ini tidak sepenuhnya mengandalkan praktik digital, resistansi pergerakan @Wadas_Melawan mampu menjadi perhatian publik pada kurun waktu 2021-2022. Terlebih platform Twitter pada perjalanannya dianggap sebagai media yang efektif dalam upaya mendorong dan menggiring sebuah isu pergerakan publik. Pembacaan fenomena menggunakan analisis wacana multimodalitas dalam memotret seluruh bentuk unggahan @Wadas_Melawan sebagai rangkaian moda-moda. Hal ini disebabkan pada tiap unggahan memiliki narasi atau makna, sebagai upaya perlawanan yang memiliki power untuk merebut pengaruh publik. Kemudian analisis multimodalitas dielaborasi menggunakan framing theory gerakan sosial oleh David A. Snow dan Robert D. Benford. Ketika framing narasi yang dilakukan gerakan telah berjalan, hadirlah praktik mobilisasi sebagai wujud dari tindakan kolektif atas keberhasilan framing. Sehingga, praktik framing digital @Wadas_Melawan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan langsung di lapangan. Kemudian Twitter menjadi ruang baru gerakan yang mampu mendukung wacana yang ingin dicapai, melakukan mobilisasi massa, memperteguh narasi hingga memperlebar jejaring dukungan yang keseluruhannya merupakan proses politik dari sebuah gerakan.
This study discusses local environmental-based movements, which seek to maintain living space in mining activities. The local movement is Gempa Dewa (Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas) which has a Twitter account @Wadas_Melawan. The counter-narrative of @Wadas_Melawan is based on the argument that Wadas Village, Purworejo, Central Java is at risk of ecological degradation if Wadas land is used as an andesite mining location. The mining is intended for the building of Bener Dam materials as a national project. Even though this movement does not entirely rely on digital practices, the resistance of the @Wadas_Melawan movement can become a public concern in the 2021-2022 period. Moreover, the Twitter platform turn considered an effective medium to encourage and lead an issue of public movement. The reader phenomenon uses multimodality discourse analysis in capturing all forms of @Wadas_Melawan uploads as a series of modes. Each post has a narrative or meaning, as a resistance effort that has the power to seize public influence. Then multimodality analysis is elaborated using the social movement framing theory by David A. Snow and Robert D. Benford. When the movement's narrative framing has been running, mobilization practices are present as a form of collective action for the success of framing. Thus, @Wadas_Melawan's digital framing practices are an integral part of the direct struggle on the ground. Then Twitter became a new space for the movement capable of supporting the discourse to be achieved, mobilizing the masses, and reinforcing the narrative to widen the network of support which is entirely a political process of a movement.
Kata Kunci : Gerakan Lingkungan, Wadas Melawan, Multimodalitas, Framing