Migrasi dan Seksualitas: Negosiasi Identitas Mahasiswa Queer dan Transpuan Perantau

FADEL IKRAM, Desintha Dwi Asriani, M.A., Ph.D.

2023 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Pembahasan mengenai identitas gender dan seksualitas pemuda di Indonesia saat ini masih menempati posisi yang marjinal. Negara dengan ideologinya mengenai keluarga batih heteronormatif sebagai sentral dari produksi dan reproduksi nilai dan norma sosial menyebabkan ragam identitas gender dan seksualitas yang tidak termasuk kedalam matriks tersebut menjadi terpinggirkan, dan eksplorasi pemuda megenai identitas gender dan seksualitas menjadi tabu dan identik dengan kemerosotan moral. Merantau, sebagai fenomena yang sangat erat dengan kelompok pemuda di Indonesia dan periode yang krusial dalam kehidupan kelompok pemuda di Indonesia, tidak pernah dipandang melalui perspektif yang mengarus-utamakan identitas gender dan seksualitas. Hal ini menyebabkan hilangnya sebuah porsi narasi mengenai konstruksi identitas pemuda dan juga dinamika kehidupan kelompok minoritas seksual di Indonesia dalam kajian-kajian akademik. Dengan menaruh perhatian kepada perjalanan hidup kelompok pemuda LGBTQ yang merantau, penelitian dengan metode kualitatif life history ini bertujuan untuk mengangkat kisah konstruksi identitas gender dan seksualitas pada kelompok pemuda serta proses negosiasi identitas yang berkelindan dengan perantauan. Dengan mengikuti kisah hidup tiga orang mahasiswa yang merantau, penelitian ini kemudian mencoba memahami narasi kehidupan mereka dengan menggunakan teori seperti Agensi, Habitus, dan beberapa perspektif queer theory seperti performativitas dan epistemology of life worlds. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa merantau merupakan sebuah periode kehidupan yang penting dalam proses eksplorasi identitas dan eksperimentasi seksual bagi pemuda LGBTQ akibat kekosongan agen kontrol sosial seperti orangtua dan lingkungan pertemanan yang mereproduksi heteronormatifitas dan membatasi ruang eksplorasi pemuda LGBTQ. Perbedaan iklim politik dan persepsi terhadap kelompok minoritas seksual antara satu daerah dengan daerah lainnya menyebabkan proses negosiasi identitas menjadi lebih terbuka. Namun demikian, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas negosiasi identitas pemuda LGBTQ di perantauan; beberapa diantaranya adalah dukungan finansial, lingkungan kampus, dan lingkungan tempat tinggal di perantauan.

Discussions about gender identity and youth sexuality in Indonesia are currently still in a marginal position. The state with its ideology regarding the heteronormative nuclear family as the center of the production and reproduction of social values and norms causes various gender identities and sexuality that are not included in the heteronormative matrix to become marginalized, and youth's exploration of gender identity and sexuality becomes taboo and synonymous with moral decline. Merantau, as a phenomenon closely related to youth groups in Indonesia and a crucial period in the lives of youth groups in Indonesia, has never been viewed through a perspective that mainstreams gender identity and sexuality. This causes the loss of a portion of the narrative regarding the construction of youth identity and also the dynamics of the lives of sexual minority groups in Indonesia in academic studies. By paying attention to the life journey of LGBTQ youth groups who have migrated, this qualitative life history research aims to tell the story of the construction of gender identity and sexuality in youth groups and the process of identity negotiation that is intertwined with the migration period. By following the life stories of three students who migrated, this research then tries to understand the narrative of their lives by using theories such as Agency, Habitus, and several queer theory perspectives such as performativity and epistemology of life-worlds. The results of this study indicate that the period of migration is an important period of life in the process of exploring identity and sexual experimentation for LGBTQ youth due to the lack of social control agents such as parents and former environment that reproduce heteronormativeity and limit the space for exploration of LGBTQ youth. Differences in the political climate and perceptions of sexual minority groups from one region to another cause the identity negotiation process to become more open. However, there are factors that influence the negotiating capacity of LGBTQ youth overseas; some of them are financial support, campus environment, and the new living environment in the place of migration.

Kata Kunci : Kelompok Pemuda, Identitas, Gender, Seksualitas, Negosiasi Identitas, Merantau, life history, Agensi, Queer Theory