Pergeseran Makna Ritual Nyangku Di Desa Panjalu Ciamis
RIZQI RAHAYU, Prof. Dr. Irwan Abdullah
2023 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGIRitual Nyangku tidak hanya sebagai simbol ritual kebudayaan tetapi juga simbol ritual keagamaan. Ritual Nyangku yang dikenal memiliki nilai sakralitas yang tinggi justru sekarang telah mengalami pergeseran makna. Tekanan globalisasi membuat ritual Nyangku beradaptasi sesuai dengan kondisi social masyarkat Panjalu. Sejalan dengan hal tersebut studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana praktik ritual Nyangku dulu dan sekarang, bagaimana persepsi dan makna ritual Nyangku bagi masyarakat Panjalu dan bagaimana ritual Nyangku beradaptasi dengan perkembangan jaman di desa Panjalu. Studi ini bersandar pada pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui observasi, wawancara dan studi literatur dengan analisis deskriptif. Penelitian yang dilakukan di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis menemukan adanya pergeseran makna dari sacral ke profan. Dulu ritual Nyangku dikaitkan dengan peristiwa yang sakral. Dimasa sekarang pelaksanaan ritual Nyangku lebih bersifat profan. Profanitas dalam ritual Nyangku telah mewujud dalam tiga hal; (1) adanya makna hiburan dalam ritual Nyangku yang ditunjukkan dengan banyaknya pertunjukan seni budaya debus dan pertunjukan wayang Landung dan pertunjukan wahana permainan anak, (2) adanya makna ekonomi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang ingin mencari kesempatan untuk berjualan dan menyewakan lapak di pinggir jalan. Selain itu makna ekonomi juga berkaitan dengan tempat parkir kendaraan dan sewa tempat, (3) adanya makna kepentingan politik yang representasikan oleh pemerintahan desa dan politisi dalam mengambil simpati masyarakat Panjalu. Pergeseran makna ini merefleksikan adanya perubahan paradigma dan orientasi dalam pelaksanaan ritual Nyangku di desa Panjalu. Studi ini menyimpulkan bahwa pergeseran makna yang terjadi dalam ritual Nyangku menjadi preseden secara implisit terhadap munculnya desakralisasi terhadap proses ritual Nyangku. Pergeseran makna juga menyebabkan secara perlahan adanya degradasi nilai terhadap nilai-nilai kearifan local Panjalu yang diwariskan oleh para leluhur. Implikasi dari pergeseran makna ritual Nyangku adalah degradasi ajaran ritual Nyangku berbasis nilai-nilai agama, sosial dan kultural. Sehingga generasi muda cenderung mengabaikan tradisi dan warisan budaya Panjalu. Selain itu sakralitas yang dibangun dalam ritual Nyangku menjadi bergeser kepada kepentingan pragmatis yang bersifat profan. Dengan demikian pergeseran makna merupakan indikasi awal munculnya degradasi terhadap nilai-nilai kearifan lokal dan munculnya desakralitas ritual yang mengancam tradisi lokal masyarakat Panjalu. Studi ini menyarankan bahwa pentingnya kebijakan pemerintah yang mengatur ritual atau tradisi local agar terhindar dari kepentingan politik dan ekonomi yang menyebabkan munculnya desakralisasi dan degradasi nilai kearifan lokal
The Nyangku ritual is not only a symbol of cultural rituals but also a symbol of religious rituals. As known that Nyangku Ritual contains a high sacred value, in other hand it has experienced a shift in meaning. The impact of globalization has made the Nyangku ritual adapt based on the social change of the Panjalu society. This study aims to explain how Nyangku ritual is practiced then and now, how the perception and meaning of Nyangku ritual is for the people of Panjalu and how the Nyangku ritual adapts to the changing times in Panjalu village. This study relies on data collection using a qualitative approach through observation, interviews and literature studies with descriptive analysis. Research conducted in Panjalu Village, Ciamis Regency, found meaning alteration from sacredness to profaneness. In the past, Nyangku ritual was associated with sacred events. Nowadays, the implementation of Nyangku ritual is more profane. Profanity in Nyangku ritual has manifested itself in three ways; (1) the meaning of entertainment in Nyangku ritual is shown by the many cultural arts performances of Debus and Wayang Landung performances and performances of children's games, (2) there is an economic meaning carried out by community groups who want to find opportunities to sell and rent stalls on the roadside. In addition, the economic meaning is also related to vehicle parking and space rent, (3) the meaning of political interests represented by the village government and politicians in taking the sympathy of the people of Panjalu. This meaning alteration reflects a change in paradigm and orientation in the implementation of Nyangku ritual in Panjalu village. It concludes that meaning alteration that occurs in Nyangku ritual becomes an implicit precedent for the emergence of desacralization of Nyangku ritual process. It slowly causes a gradual degradation of the values of the Panjalu local wisdom passed down by the ancestors. The implication of meaning alteration of Nyangku ritual is the degradation of the teachings of the Nyangku ritual based on religious, social and cultural values. In fact the younger generation tends to ignore the traditions and cultural heritage of Panjalu. Thus meaning alteration proceeds the emergence of degradation of local wisdom values and ritual desacralization which threaten the local traditions of the Panjalu people. This study suggests that it is important for government policies to regulate local rituals or traditions to avoid political and economic interests that represent to desacralization and degradation of local wisdom values
Kata Kunci : Desakralisasi, Degradasi Nilai Budaya, Ritual Keagamaan, Tradisi Lokal