Persepsi Apoteker dan Kelengkapan Pemberian Informasi Obat kepada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta

ZAHRA INAS PRAMESTI, Dr. apt. Anna Wahyuni Widayanti, MPH.

2022 | Skripsi | S1 FARMASI

Kelengkapan informasi obat pada etiket maupun lisan yang diberikan apoteker berpengaruh terhadap penggunaan obat oleh pasien. Apabila informasi tidak adekuat, akan berdampak pada kesalahan pengobatan. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran mengenai persepsi apoteker dan kelengkapan pemberian informasi obat, mengetahui hubungan karakteristik sosiodemografi dengan persepsi dan kelengkapan pemberian informasi obat, serta hubungan persepsi dengan kelengkapan pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan di puskesmas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel secara convenience sampling. Instrumen penelitian menggunakan Google Formulir yang dikembangkan berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Diperoleh 61 responden dari empat kabupaten dan satu kota di DIY, mayoritas responden perempuan (83,61%), berpendidikan terakhir apoteker (95,08%) dengan pendapatan 2.500.000 - 4.000.000 rupiah (31,15%), rata-rata berusia 33,6 tahun dengan lama bekerja 5,72 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap informasi obat penting untuk diberikan. Informasi etiket dengan skor persepsi tertinggi adalah 'Nama pasien' (3,93) dan terendah adalah 'Jumlah obat' (3,18). Sedangkan, informasi lisan dengan skor persepsi tertinggi adalah 'Informasi khusus antibiotik' (3,92) dan terendah adalah 'Kontraindikasi' (3,21). Apoteker belum sepenuhnya menyampaikan informasi obat secara lengkap. Skor kelengkapan tertinggi (etiket dan lisan) terdapat pada 'Informasi khusus antibiotik' (3,92). Sedangkan, skor kelengkapan terendah pada etiket adalah 'Kondisi penyimpanan' (2,46) dan secara lisan adalah 'Kontraindikasi' (2,61). Tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara karakteristik sosiodemografi apoteker dengan persepsi dan kelengkapan pemberian informasi obat. Terdapat hubungan signifikan (p<0,001) antara persepsi apoteker dengan kelengkapan pemberian informasi obat.

The completeness of drug information on the label and orally given by the pharmacist affects the use of drugs by patients. If the information is inadequate, it will have an impact on medication errors. This study aims to provide an overview of pharmacist perceptions and completeness of providing drug information, to find out the relationship of sociodemographic characteristics with perception and completeness of providing drug information, as well as the relationship between perception and completeness of providing drug information to outpatients at the Puskesmas in the Special Region of Yogyakarta (DIY). This research is a non-experimental study with a cross-sectional approach and convenience sampling. The research instrument uses the Google Form which was developed based on Permenkes Number 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards at Puskesmas. Data were analyzed by univariate and bivariate. A total of 61 respondents were obtained from four districts and one city in DIY, the majority of respondents were women (83,61%), the last pharmacist was educated (95,08%) with an income of 2.500.000 - 4.000.000 rupiah (31,15%), average the average age is 33,6 years with a length of service of 5,72 years. The results of the research show that the respondent's perception of drug information is important to provide. Information label with the highest perception score is 'Patient name' (3,93) and the lowest is 'Amount of drug' (3,18). Meanwhile, oral information with the highest perception score was 'Antibiotic-specific information' (3,92) and the lowest was 'Contraindication' (3,21). Pharmacists have not fully conveyed complete drug information. The highest completeness scores (etiquette and oral) were found in 'Antibiotic-specific information' (3,92). While the lowest completeness score on the label is 'Storage conditions' (2,46) and verbally is 'Contraindicated' (2,61). There was no significant difference (p>0,05) between the pharmacist's sociodemographic characteristics and the perception and completeness of providing drug information. There is a significant relationship (p<0,001) between pharmacist perceptions and the completeness of providing drug information.

Kata Kunci : Persepsi Apoteker, Pemberian Informasi Obat, Puskesmas