Laporkan Masalah

KATALANJURAN GEURA PUPUS: RADEN AYU TJITJIH WIARSIH DAN MEMORI KOLEKTIFNYA DI BUMI AGEUNG, CIANJUR

Muhamad Alnoza, Dr. Sita Hidayah, M.A.

2022 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGI

Raden Ayu Tjitjih Wiarsih atau dikenal pula sebagai Juag Tjitjih merupakan salah seorang tokoh pergerakan perempuan awal abad ke-20 dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Keberadaan tokoh ini di Cianjur tidak dapat dipisahkan dari suatu bangunan cagar budaya bernama Bumi Ageung, di mana rumah ini merupakan tempat tinggal Juag Tjitjih beserta keluarga dan keturunannya. Penelitian ini secara umum dilakukan untuk menjawab permasalahan, mengenai bentuk memori kolektif yang masih diampu oleh para penghuni Bumi Ageung mengenai Juag Tjitjih. Permasalahan penelitian ini terikat pula dengan masalah lainnya yang berusaha dijawab, yakni mengenai latar belakang dari dibentuknya memori kolektif Juag Tjitjih sehingga berbentuk sedemikian rupa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tokoh pergerakan perempuan di Tatar Sunda diingat oleh masyarakat, yang mana dalam hal ini salah satunya Juag Tjitjih. Penelitian ini dengan demikian menggunakan metode kualitatif, yang metode pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam. Di tahapan analisis, penelitian ini mengadopsi metode analisis dekonstruksi yang dicetuskan oleh Jacques Derrida. Penelitian pada akhirnya menemukan bahwa Juag Tjitjih diingat sebagai sosok yang liyan dari identitas arus utama di Tatar Sunda pada abad ke-20. Penegasian antara Juag Tjitjih dengan jiwa zaman masyarakat Cianjur ini, dipandang memiliki beberapa aspek yang paradoks dalam penarasiannya, sehingga diduga telah terjadi fenomena yang disebut oleh Eric Hobsbawm sebagai penciptaan tradisi.

Raden Ayu Tjitjih Wiarsih, also known as Juag Tjitjih, was a figure in the early 20th century women's movement from Cianjur Regency, West Java. The existence of this character in Cianjur cannot be separated from a cultural heritage building called Bumi Ageung, where this house is the residence of Juag Tjitjih and her family and descendants. This research is generally carried out to answer problems, regarding the form of collective memory that is still being taught by the inhabitants of Bumi Ageung regarding Juag Tjitjih. The problem of this research is also related to other problems that are trying to be answered, namely regarding the background of the formation of the collective memory of Juag Tjitjih so that it is shaped in such a way. The main objective of this research is to find out how the leaders of the women's movement in Tatar Sunda are remembered by the community, in this case one of them is Juag Tjitjih. This study thus uses a qualitative method, in which the data collection method is carried out by participant observation and in-depth interviews. At the analysis stage, this study adopts the deconstruction analysis method initiated by Jacques Derrida. The research ultimately found that Juag Tjitjih was remembered as a different figure from mainstream identity in Tatar Sunda in the 20th century. This negation between Juag Tjitjih and the soul of the Cianjur people's era is seen as having several paradoxical aspects in the narration, so that it is suspected that there has been a phenomenon called by Eric Hobsbawm as the invention of tradition.

Kata Kunci : Bumi Ageung, dekonstruksi, Juag Tjitjih, memori kolektif

  1. S2-2022-484159-abstract.pdf  
  2. S2-2022-484159-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-484159-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-484159-title.pdf