Laporkan Masalah

Artefak Sejarah Sebagai Pengikat Tata Ruang Kampung Jawa-Tondano,Minahasa

AYU NINGSIH DJOSARI, Prof.Ir.Sudaryono,M.Eng.,Ph.D.,IPU.

2022 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kampung Jaton (Jawa Tondano) merupakan bagian dari kota Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Kampung ini merupakan kampung hasil akulturasi budaya Jawa dan Minahasa di tanah Sulawesi Utara. Kampung ini dibangun oleh Kyai Modjo dan pengikutnya yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kampung Jaton terbilang unik karena dalam pengembangan wilayahnya dilakukan dengan tradisi Jawa namun dalam kesehariannya orang-orang Jaton menjalani kehidupan sebagai bagian yang berkaitan erat dengan orang Minahasa. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik tata ruang di Kampung Jawa Tondano. Metode penelitian adalah induktif kualitatif fenomenologi. Fokus penelitian pada kaitan antara manusia, ruang dan aktifitas. Pengumpulan data melalui observasi secara langsung di lapangan, wawancara secara mendalam (depth interview) dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengorganisasian data yang dikelompokkan berdasarkan kategori, penyusunan tematema dan konsep, serta pembuatan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan adanya dua konsep yang ditujukan berdasarkan unit informasi dan tema-tema temuan spasial yakni; Ruang Budaya Sebagai Wisata Sejarah dan Artefak Sebagai Penguat Budaya, sehingga berdasarkan konsep tersebut ditemukan satu teorisasi yaitu Artefak Keagamaan dan Budaya Sebagai Pengikat Tata Ruang Kampung Jawa Tondano Minahasa. Berdasarkan penemuan teori tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tata Ruang di Kampung Jawa Tondano terbilang unik karena memiliki karakteristik yang khas yang terbentuk dari sosio-kultural masyarakat, adaptasi lingkungan dan kebudayaan, juga dari sejarah awal terbentuknya komunitas (Kampung) ini.

Jaton (Java Tondano) Village is part of the city of Tondano, Minahasa, North Sulawesi. This village is the result of acculturation of Javanese and Minahasa culture in North Sulawesi. This village was built by Kyai Modjo and his followers who were exiled by the Dutch colonial government. Jaton Village is unique because in the development of its territory it is carried out with Javanese traditions but in their daily life the Jaton people live life as a part that is closely related to the Minahasa people. The purpose of this study was to identify the spatial characteristics of Jaton Village. The research method is inductive qualitative phenomenology. The research focus is on the relationship between humans, space and activity. Collecting data through direct observation in the field, in-depth interviews and documentation studies. Data analysis was carried out by organizing data grouped by category, compiling themes and concepts, as well as making conclusions. The results of the study found that there were two concepts at units of information and themes of spatial findings, namely; Cultural Space as Historical Tourism and Artifacts as Cultural Reinforcement, so based on this concept, one theorization was found, namely Religious and Cultural Artifacts as Spatial Binder for Jaton Village in Minahasa. Based on the findings of this theory, it can be concluded that the Spatial Planning in the Jaton Village is unique because it has distinctive characteristics formed from the socio-cultural community, environmental and cultural adaptation, as well as from the early history of the formation of this community.

Kata Kunci : Kata Kunci: Karakteristik; Tata Ruang; Penggunaan Lahan; Akulturasi Budaya; Permukiman; Tradisi; Jawa Tondano

  1. S2-2022-453180-Abstract.pdf  
  2. S2-2022-453180-Bibliography.pdf  
  3. S2-2022-453180-Tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-453180-Title.pdf