SARING SEBELUM SHARING: AKTIVISME ANTIHOAKS MASYARAKAT ANTI FITNAH INDONESIA (MAFINDO)
WAHYUDI, Dr. Elan Lazuardi, S.Ant., M.A.
2022 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGIIbarat dua sisi mata uang, proliferasi hoaks dan polarisasi sosial saling berkaitan dan memengaruhi. Hoaks yang dapat memicu konflik dan menyebabkan dampak destruktif lainnya mendapatkan ruang untuk berkembang di tengah kondisi masyarakat yang terpecah-belah. Sedangkan polarisasi yang tak kunjung tertangani berpotensi menjadi ladang subur bagi produksi dan distribusi hoaks. Melihat adanya transformasi hoaks dari bentuknya yang sederhana menjadi kian kompleks, tidak berlebihan apabila proliferasi hoaks hari ini disebut sebagai tantangan sehari-hari yang serius bagi masyarakat, terutama pengguna media sosial. Bertolak pada metode deskriptif kualitatif, penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana MAFINDO mengarusutamakan wacana dan gerakan perlawanan terhadap proliferasi hoaks; serta mengapa dan bagaimana netizen Indonesia bergabung dan melibatkan diri dalam aktivisme antihoaks MAFINDO? Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivisme antihoaks MAFINDO berkaitan erat dengan konteks sosial-politik masyarakat Indonesia. Di dalam penelitian ini, aktivisme antihoaks MAFINDO dibedakan ke dalam dua kategori, yakni aktivisme kuratif dan aktivisme preventif. Adapun keterlibatan relawan dalam aktivisme antihoaks MAFINDO didorong oleh motivasi personal yang berbeda meski tujuannya tetap sama, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang kebal hoaks. Sebagian relawan menempuh cara-cara konfrontatif dalam melakukan aktivisme antihoaks, sementara sebagian lainnya memilih cara-cara persuasif. Kemitraan strategis secara internal maupun eksternal berperan sentral dalam menjaga eksistensi dan kontinuitas aktivisme antihoaks MAFINDO. Karena konten hoaks masih lebih cepat dan banyak menyebar dibandingkan konten klarifikasi hoaks, maka aktivisme antihoaks masih sangat relevan untuk terus dilakukan dan disuarakan.
Like two sides of a coin, the spread of hoaxes and social polarization are interrelated and influence each other. Hoaxes which can trigger conflict and cause other destructive impacts get a space to evolve in a disintegrated and divided society. Meanwhile, uncontroled polarization potentially become a fertile ground for the production and the spread of hoaxes. Seeing the transformation of hoaxes from simple to increasingly complex forms, it is not an exaggeration to say that the rise of hoaxes is currently a serious daily challenge for society, especially social media users. Based on a qualitative descriptive method, this study is intended to explain why and how MAFINDO mainstreams discourses and movements against the proliferation of hoaxes; and why and how did Indonesian netizens join and get involved in MAFINDO's anti-hoax activism? The study results show that MAFINDO's anti-hoax activism is very closely related to the socio-political context of Indonesian society. In this study, MAFINDO's anti-hoax activism is divided into two categories, namely curative activism and preventive activism. The involvement of volunteers in MAFINDO's anti-hoax activism is driven by different personal motivations with one goal, namely to create an insusceptible Indonesian society to hoaxes. Some of the volunteers carried out anti-hoax activism with confrontational ways, while others chose persuasive ways. Internal and external strategic partnerships play a central role in maintaining the existence and continuity of MAFINDO's anti-hoax activism. Given the fact that hoax content is still spreading faster and wider than hoax clarification content, anti-hoax activism is still really relevant to continously being carried out and voiced.
Kata Kunci : hoax, activism, social media, MAFINDO