PERENCANAA BISNIS PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA DENGAN METODE INTEGRATED FARMING SYSTEM (IFS)
DYAN ARTANTO P, Sumiyana, Dr., M.Si., Ak., CA.,
2022 | Tesis | Magister ManajemenKetahanan pangan menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu negara mencapai kestabilan ekonomi dan kestabilan Nasional. Indonesia menempati urutan ke-63 dari 113 berdasarkan skor index ketahanan pangan global (Global Food Security Index), yaitu dengan skor GFSI sebesar 60,2 poin. Skor dan peringkat Indonesia masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan, dan sektor yang dapat didorong adalah dari sektor peternakan. Peternakan kambing dan domba menjadi salah satu yang berpotensi untuk berkontribusi menciptakan ketahan pangan di Indonesia, karena ternak kambing dan domba merupakan jenis ternak yang mudah sekali beradaptasi dan sebagai sumber protein hewani yang baik. Selain itu peternakan kambing dan domba mempunyai potensi bisnis yang sangat baik. Selain permintaan kebutuhan harian yang tinggi, permintaan kambing dan domba juga dipengaruhi oleh kegiatan sosial budaya, seperti Aqiqah dan Kurban, dimana kedua kegiatan ini membutuhkan pasokan kambing dan domba dalam jumlah besar. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam menjalankan bisnis peternakan kambing dan domba dapat dilakukan dengan menerapkan model bisnis peternakan dengan sistem peternakan terintegrasi (Integrated Farming System), yaitu dengan mengintegrasikan ternak kambing dan domba, kegiatan budidaya pertanian, produksi pakan ternak, pengolahan pupuk organik, rumah pemotongan hewan, dan pengolahan makanan jadi. Melihat hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji rancangan model bisnis berkelanjutan peternakan kambing dan domba dengan metode Integrated Farming System (IFS). Mengkaji peluang dan hambatan yang dihadapai serta aspek-aspek lainnya yang dapat mempengaruhi jalannya bisnis peternakan kambing dan domba kedepannya. Model bisnis berkelanjutan ini ditulis dalam Business Model Canvas (BMC), dimana dengan BMC dapat digambarkan dengan baik melalui sembilan blok bangunan dasar yang menunjukkan logika tentang bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Perencanaan bisnis peternakan kambing dan domba dengan metode Integrated Farming System (IFS) direncanakan dalam jangka waktu lima tahun dan dalam tiga skenario bisnis, yaitu skenario pesimis, realistis dan optimis. Pada skenario pesimis, didapat nilai NPV Rp. 1.517.161.079, IRR sebesar 28% dan Payback Periode selama 4,09 tahun. Pada skenario realistis, didapat nilai NPV 3.085.394.695, IRR sebesar 41% dab payback periode selama 3,4 tahun. Dan pada skenario optimis, didapat nilai NPV Rp. 6.721.147.556, IRR sebesar 66% dan Payback Periode selama 2,76 tahun. Terlihat dari tiga skenario bisnis tersebut menunjukkan performa finansial yang baik dan menghasilkan nilai investasi yang layak. Dengan ketiga skenario ini diharapkan juga dapat memberikan gambaran adanya peluang bisnis dengan resikonya yang lebih terukur.
Food security is one of the keys to the success of a country in achieving economic stability and national stability. Indonesia ranks 63rd out of 113 based on the Global Food Security Index (GFSI) score, with a GFSI score of 60.2 points. Indonesia's scores and rankings still have the potential to be improved, and the sector that can be encouraged is the farming sector. Goat and sheep farming is one that has the potential to contribute to food security in Indonesia, because goats and sheep are types of livestock that are very adaptable and are good sources of animal protein. In addition, goat and sheep farms have very good business potential. In addition to the high demand for daily needs, the demand for goats and sheep is also influenced by socio-cultural activities, such as Aqiqah and Kurban, both of which require a large supply of goats and sheeps. To increase effectiveness and efficiency in running a goat and sheep farming business, it can be done by implementing a livestock business model with an integrated farming system (IFS), namely by integrating goat and sheep livestock, agricultural cultivation activities, animal feed production, organic fertilizer processing, housing slaughtering animals, and food processing. Based on that reasons, researcher is interested in conducting research that aims to analyze and study the design of a sustainable business model for goat and sheep farming using the Integrated Farming System (IFS) method. Assess the opportunities and obstacles faced as well as other aspects that may affect the running of the goat and sheep farming business in the future. This sustainable business model is written in the Business Model Canvas (BMC), where BMC can best be described through nine basic building blocks that show the logic of how a company intends to make money. Goat and sheep farming business planning using the Integrated Farming System (IFS) method is planned within five years and in three business scenarios, namely pessimistic, realistic and optimistic scenarios. In the pessimistic scenario, the NPV value is Rp. 1,517,161,079, IRR of 28% and payback period of 4.09 years. In a realistic scenario, the NPV is 3,085,394,695, the IRR is 41% and the payback period is 3.4 years. And in the optimistic scenario, the NPV value is Rp. 6,721,147,556, IRR of 66% and payback period of 2.76 years. It can be seen from the three business scenarios that they show good financial performance and produce a decent investment value. It is hoped that these three scenarios can also provide an overview of business opportunities with more measurable risks.
Kata Kunci : Pertanian, Peternakan, Integrated Farming System, Model Bisnis, Business Model Canvas, Analisa Kelayakan Bisnis