Laporkan Masalah

Musik kematian dalam budaya Batak Karo :: Sebuah kajian musikologis

GINTING, Bijak, Drs. T. Bramantyo, M.Mus.Ed.,PhD

2003 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Laporan penulisan ini didasarkan pada penelitian lapangan yang dilakukan setiap akhir semester mulai dari tahun 2001-Juli 2002. Tempat penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu kecamatan Kabanjahe dan Berastagi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji musik kematian sebagai suatu aktivitas budaya masyarakat Batak Karo, dengan menggunakan berbagai pendekatan disiplin ilmu. Musik kematian adalah sebuah musik tradisional yang sejak lama hidup dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Diestimasikan keberadaan musik ini, merupakan peninggalan Bangsa India. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya marga Sembiring Brahmana, pembakaran mayat, dan kepercayaan Tuhan yang diujudkan dalam tiga bentuk di Tanah Karo merupakan peninggalan Bangsa India. Instrumen musik yang dipakai pada prosesi musik kematian juga digunakan dalam pertunjukan musik sekuler. Kelima instrumen ini dinamakan Gendang Lima Sidalanen, sedangkan pemain musiknya disebut penggual. Melodi musik Sarunai pada pertunjukan musik kematian, tergolong pendek yang kemudian diulang-ulang sampai acara menari (Landek) dan menyanyi ratapan selesai. Tangga nada yang digunakan dalam melodi Sarunai pada pertunjukan prosesi musik ini belum dapat dikatakan secara pasti, tetapi secara empiris dapat dikatakan menggunakan dua tangga nada pentatonik yaitu, pentatonik hemitonis dan anhemitonis. Setelah mengalami perubahan instrumen musik beberapa kali yang digunakan pada pertunjukan musik kematian, maka sampai sekarang instrumen musik Gendang Lima Sidalanen masih digunakan. Perubahan instrumen musik dan durasi pertunjukan, disebabkan oleh kepekaan seniman terhadap keindahan dan faktor agama yang dianut oleh masyarakat Karo.

This report is based on the field stude which is conducted at the end of every semester starting in 2001 unto July 2002. The research was conducted in Kabanjahe and Berastagi. It is a qualitative study of Batak Karo music culture based on various branches of science. Batak Karo funeral music is a traditional music which has been existed for long time and has become a part of Batak Karo life. It is supposed that Batak Karo funeral music is a cultural heritage of Indian. This can be proved from the existence of Sembiring Brahmana clan, cremation, and belief in God which is represented in three forms. The musical instruments which are used in the funeral ritual processions are also used in the secular music performances. The five Batak Karo music instruments are called Gendang Lima Sidalanen, and the players are called Penggual. The funeral procession music uses short melody which is reported continuously until the singing and dancing (Landek) for the death is finished. The pitch has not been stated clearly but empirically it can be said that is uses two pentatonic scale system, namely; hemitonic and unhemitonic pitch. Up to now, having changed the instruments several times, Gendang Lima Sidalanen is still used. The changing of the musical instruments and the duration of the funeral ritual procession music performance is caused by the sensitivity of Batak Karo musicans/artists to the beauty and the religious factors followed by Batak Karo societies.

Kata Kunci : Musik Kematian, Batak Karo, Musikologis

  1. S2-2003-BijakGinting-abstract.pdf  
  2. S2-2003-BijakGinting-bibliography.pdf  
  3. S2-2003-BijakGinting-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2003-BijakGinting-title.pdf