Makna Tarombo dalam Sistem Tata Ruang Permukiman Batak Toba
PARMONANGAN MANURUNG, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng, Ph.D., IPU.; Diananta Pramitasari, S.T., M.Eng. Ph.D.
2022 | Disertasi | DOKTOR ARSITEKTURModernisasi dan globalisasi merupakan bagian perkembangan yang tidak dapat dihindari, namun di sisi lain keduanya menggerus nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal. Kondisi yang juga terjadi pada budaya Batak Toba dan berpengaruh pada tergerusnya nilai-nilai kebudayaan termasuk pada keberadaan arsitektur vernakular warisan nenek moyang. Transformasi bangunan tradisional yang merupakan bangunan vernakular pre-industrial warisan leluhur tidak dapat dihindari. Bangunan-bangunan baru sebagai bagian dari perkembangan jaman bermunculan menggantikan keberadaannya. Di tengah derasnya terpaan modernisasi dan globalisasi dibutuhkan penggalian terhadap makna ruang sebagai wujud fisik kebudayaan Batak Toba agar dapat dijaga keberlanjutannya dan diterapkan pada desain bangunan baru. Desa Meat dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki karakteristik yang merepresentasikan permukiman suku Batak Toba, baik dari sisi lokasi, kondisi sosial-budaya, maupun keberadaan berbagai tipe bangunan sejak masa nenek moyang suku Batak Toba hingga sekarang. Desa ini juga mengalami dampak perkembangan teknologi, modernisasi dan globalisasi yang berpengaruh pada eksistensi kebudayaan, termasuk keberlangsungan bangunan vernakular warisan leluhur. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah Apa makna ruang dalam kesadaran dan perspektif masyarakat suku Batak Toba di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara? Penelitian dilakukan menggunakan metode fenomenologi transendental melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Berbagai informasi dari informan diinduksi secara bertahap melalui metode reduksi dan kategorisasi. Proses ini secara bertahap menghasilkan unit-unit informasi, tema-tema, konsep, dan teori lokal yang selanjutnya didialogkan dengan teori-teori lain terkait, baik teori normatif maupun teori substantif. Penelitian menghasilkan teori lokal tarombo, sistem kekerabatan dalam suku Batak Toba yang merupakan makna ruang dan memengaruhi produksi dan reproduksi ruang-ruang, baik dalam skala mikro, messo, maupun makro. Dalam bahasa Batak Toba, tarombo memiliki arti silsilah atau pohon silsilah yang dapat menggambarkan hubungan kekerabatan di antara orang Batak Toba, baik kekerabatan dari garis keturunan ayah, maupun kekerabatan dari garis keturunan ibu. Berdasarkan relasi tersebut posisi seseorang di dalam adat dapat diketahui. Penelitian menunjukkan ruang-ruang dihasilkan sebagai wujud fisik budaya Batak Toba dan eksistensi tarombo, dan hanya dapat diproduksi dalam skala permukiman bila mendapat legitimasi dari horja sebagai perwakilan pomparan (ikatan keturunan), dan melalui ijin pemilik huta (permukiman vernakular) dalam skala mikro. Teori lokal tarombo dibangun oleh tiga konsep yang saling terkait dan memengaruhi satu sama lain, yaitu konsep pomparan, konsep paradaton, dan konsep siamun. Ketiganya dibangun dari kategorisasi dan keterhubungan tema-tema budaya dan spasial, dan menunjukan tata ruang merupakan wujud fisik budaya Batak Toba. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tata ruang permukiman Batak Toba di Desa Meat merupakan wujud kekerabatan yang memengaruhi dan dipengaruhi garis keturunan dan peradatan yang diwariskan nenek moyang warga Meat. Makna ini merupakan esensi (core) tata ruang permukiman karena tetap dipertahankan hingga kini walaupun terjadi perubahan pada bentuk, struktur, dan material huta dan rumah tinggal. Sebagai esensi tata ruang, makna ruang dalam tarombo dapat dipertahankan dan diterapkan pada bangunan baru karena sebagai esensi tata ruang, tarombo dapat merespon berbagai perubahan dan perkembangan jaman.
Modernization and globalization are unavoidable parts of development that also undermine the values contained in local culture. This condition also occurs in the Batak Toba culture with adverse effects on cultural values, including inherited ancestral vernacular architecture, such as the transformation and replacement of traditional buildings with new designs. It is necessary to explore the meaning of space as a physical manifestation of Batak Toba culture amid the rapid impact of modernization and globalization to enable easy maintenance and application to new building designs. Meat Village was chosen as the research location due to its characteristics, which represent the tribe settlements, both in terms of location, socio-cultural conditions, and the existence of various types of buildings from time immemorial to the present. This village is also experiencing the impact of technological developments, modernization, and globalization that affect the existence of culture, including the sustainability of vernacular heritage buildings. The research question raised was What is the meaning of space in the awareness and perspective of the Batak Toba people in Meat Village, Tampahan Sub-District, Toba Regency, North Sumatra? The transcendental phenomenology method was used to conduct this research, with data collected through in-depth interviews and field observations. Furthermore, the data collected were induced in stages through reduction and categorization methods. This process gradually produced local information units, themes, concepts, and theories which were further dialogued with normative and substantive theories. The result showed that in the local theory of tarombo, the kinship system in the Batak Toba tribe affects the production and reproduction of spaces, both on a micro, mezzo, and macro scale. In this region's language, tarombo means genealogy or genealogy tree used to describe the kinship relationship from parent's lineages to determine a person's position in customs. Studies have shown that spaces are produced as a physical manifestation of Batak Toba culture and the existence of tarombo. Furthermore, this can only be produced on a settlement scale, assuming legitimacy is obtained from the horja as representatives of the pomparan (hereditary ties) and through the permission of the owner of the huta (vernacular settlements) on a micro-scale. Tarombo local theory is built on three interrelated concepts that influence each other, namely the pomparan, paradaton, and siamun. All three are built from the categorization and connectedness of cultural and spatial themes and indicate that spatial planning is a physical manifestation of Batak Toba culture. In conclusion, the spatial layout of the Batak Toba settlement in Meat Village is a form of kinship influenced by lineage and customs inherited from ancestors. This meaning is the essence of residential spatial planning, which is still maintained despite changes in the form, structure, forest material, and houses. Therefore, irrespective of the various development changes, the meaning of space in Tarombo can be maintained and applied to new buildings due to spatial planning.
Kata Kunci : meaning of space, tarombo, paradaton, pomparan, siamun, jabu, huta, horja.