Museum Batik Kayu di Krebet dengan Pendekatan Arsitektur Metafora
GHAIDA NABILA, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D.
2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTURKebudayaan di Indonesia yang sangat melimpah baik dari segi fisik maupun non fisik. Kebudayaan ini bersifat dinamis ditandai dengan sering kali mengalami transisi untuk menerima hal baru, tapi cenderung masih mempertahankan kebudayaan lama. Kebudayaan daerah mengalami tahapan perkembangan yang berbeda - beda tiap daerahnya. Kebudayaan daerah merupakan cerminan kepribadian dan jati diri bangsa yang diharapkan menjadi acuan antar generasi. Batik Kayu merupakan salah satu hasil kebudayaan daerah asal Krebet, Yogyakarta yang merupakan inovasi kreatif yang mulai berkembang sejak tahun 1991. Batik kayu menjadi sebuah identitas, jati diri, dan kebanggan bangsa indonesia. Oleh karenanya diperlukan adanya dokumentasi, inventarisasi, dan pengenalan kepada masyarakat luas dari berbagai daerah. Oleh karenanya, diperlukan adanya museum yang pada hakekatnya dibangun guna relevansi preservasi budaya dengan maksud pengukuhan dan peningkatan kebudayaan bangsa, disamping juga sebagai media pembelajaran informal. Idealnya, museum harus bersifat aktif lalu setelahnya terjadi dialog dan ikatan antar pengunjung dengan koleksi di dalamnya. Museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi saja, tetapi lebih dari itu, didapat pengalaman dan suasana filosofis dari apa yang ingin dipamerkan. Maka dari itu, dalam pengembangan desain dan perancangan Museum Batik Kayu di Krebet ini menggunakan konsep pendekatan arsitektur metafora. Pendekatan dengan konsep tersebut diharapkan mampu menjadikan museum ini sebagai suatu tempat yang mewadahi seluruh fasilitas dan aktivitas dengan sarat pendalaman makna untuk memperoleh pengalaman ruang dan batin bagi pengunjung. Museum batik kayu ini dibangun sebagai pusat edukasi, penelitian, wisata, dan konservasi dengan tetap menghormati arsitektur lokal yang ada dan memenuhi persyaratan didirikannya museum.
Culture in Indonesia is very abundant both in terms of physical and non-physical. This culture is dynamic, characterized by frequent transitions to accept new things, but tends to still maintain the old culture. Culture Regions experience different stages of development in each region. The cultural region is a reflection of personality and national identity which is expected to be a reference between generations. Wooden Batik is one of the results of regional culture from Krebet, Indonesia. Yogyakarta is a creative innovation that has been developing since 1991. Wooden Batik becomes an identity, identity, and pride of the Indonesian nation. Therefore required documentation, inventory, and introduction to the wider community of various areas. Therefore, it is necessary to have a museum that is essentially built to the relevance of cultural preservation to strengthen and enhance the nation's culture, as well as as an informal learning media. Ideally, museums should be active then after that, there is a dialogue and bonding between visitors and the collection in it. The museum is not only a place to store and exhibit collections but more than that, the experience and philosophical atmosphere of what you want to exhibit. Therefore, in developing the design and design of the Wooden Batik Museum in Indonesia, Krebet uses the concept of a metaphoric architectural approach. Approach with concept It is hoped that this museum will become a place that accommodates all facilities and activities with full depth of meaning to gain experience space and mind for visitors. This wooden batik museum was built as an educational center, for research, tourism, and conservation while respecting existing local architecture and meeting the requirements for the establishment of a museum.
Kata Kunci : Museum, Batik Kayu, Museum Batik Kayu, Arsitektur Metafora, Krebet