Taman Kuliner Melayu di Area Waterfront City Pekanbaru dengan Pendekatan Eco-Culture
KELOKA SASIKIRANA, Dr. Eng. Ir. Ahmad Sarwadi, M.Eng., IPM.
2022 | Skripsi | S1 ARSITEKTURKota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan yang Madani ini, merupakan kota pusat perdagangan, jasa, pendidikan, dan pusat kebudayaan melayu yang memiliki kawasan sungai siak yang membelah Kota Pekanbaru dan mengalir dari arah barat menuju timur, sehingga kawasan kota pekanbaru terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan selatan. Keberadaan Sungai Siak di Kota Pekanbaru ini, menjadi potensi kota pekanbaru yang oleh pemerintah direncanakan menjadi potensi kepariwisataan waterfront city. Sungai Siak ini memiliki banyak nilai sejarah. Untuk memenuhi perencanaan kawasan sungai siak ini, pemerintah merencanakan dengan membangun sebuah kepariwisataan yang dapat menjadi fungsi perekonomian seperti pusat perdagangan. Salah satu potensi wisata yang mendukung saat ini salah satunya yaitu wisata kuliner. Wisata kuliner merupakan salah satu wisata daya tarik bagi masyarakat Kota Pekanbaru. Namun, semakin bertambahnya penduduk Kota Pekanbaru dari berbagai daerah, menjadikan kuliner khas Pekanbaru yaitu kuliner Melayu dapat dikatakan langka. Maka dari itu, perencanaan sebuah taman kuliner melayu dirasa dapat mendukung kegiatan perencanaan pemerintah yang ingin membangun sebuah kepariwisataan di daerah kawasan sungai siak. Selain itu, kepariwisataan kuliner ini dapat dilengkapi dengan kegiatan edukasi untuk memberikan daya tarik kepada pengunjung, sekaligus memberikan edukasi mengenai budaya Melayu di Kota Pekanbaru ini. Sebagai bentuk respon terhadap pelestarian lingkungan Kota Pekanbaru, masyarakat Melayu merencanakan pembangunan dengan pendekatan eco-culture. Pembangunan dengan pendekatan ini bertujuan untuk menghubungkan antara lingkungan alam sekitar dengan budaya yang ada. Sehingga, akan menjadikan Kota Pekanbaru memiliki keberlanjutan lingkungan lebih baik.
Pekanbaru City as a Civilian Metropolitan City, is a city center for trade, services, education, and a center of Malay culture which has a Siak river area that divides Pekanbaru City and flows from west to east, so that the Pekanbaru city area is divided into two parts, namely the north and south. The existence of the Siak River in Pekanbaru City is a potential city of Pekanbaru which the government plans to become a waterfront city tourism potential. The Siak River has a lot of historical value. To fulfill the planning of the Siak River area, the government plans to build a tourism that can become an economic function such as a trading center. One of the tourism potentials that currently supports one of them is culinary tourism. Culinary tourism is one of the tourist attractions of Pekanbaru City for people. However, the increasing population of Pekanbaru City from various regions, making Pekanbaru's culinary specialties, namely Malay cuisine, can be said to be rare. Therefore, planning a Malay culinary park is considered to be able to support government planning activities that want to build a tourism area in the Siak River area. In addition, this culinary tourism can be equipped with educational activities to attract visitors, as well as provide education about Malay culture in Pekanbaru City. As a response to the environmental preservation of Pekanbaru City, the Malay community is planning development with an eco-culture approach. Development with this approach aims to connect the natural environment with the existing culture. Thus, it will make Pekanbaru City have better environmental sustainability.
Kata Kunci : Kota Pekanbaru, Waterfront city, Taman Kuliner Melayu, Eco-culture/Pekanbaru City, Waterfront city, Malay Culinary Park, Eco-culture