Terjebaknya Sri Lanka dalam Debtr-Trap Diplomacy dengan Cina
CLARA HIMAWAN, Poppy Sulistyaning Winanti, Dr., M.P.P., M.Sc.
2022 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALDebt-trap diplomacy merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh Cina dalam menjalankan Belt and Road Initiative (BRI). Melalui debt-trap diplomacy, Cina akan mendapat kepemilikan suatu inftrastruktur negara peminjam dengan balasan pelunasan utang. Sri Lanka merupakan salah satu negara yang mengalami debt-trap diplomacy dan dapat dikatakan memiliki ketergantungan dengan pinjaman dana dari pemerintah Cina. Terjeratnya Sri Lanka dalam debt-trap diplomacy disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan karena kondisi ekonomi Sri Lanka yang kurang stabil sejak kemerdekaan dan ditambah dengan adanya Perang Saudara dengan Liberation of Tiger Tamil Eelam (LTTE) serta adanya dominasi Keluarga Rajapaksa dalam kursi pemerintahan yang memiliki kedekatan hubungan dengan pemerintah Cina. Kedekatan hubungan tersebut membuat Sri Lanka selalu kembali kepada Cina dalam pendanaan pembangunan infrastruktur, seperti yang tercermin dalam pembangunan dua proyek raksasa, Hambantota International Port (HIP) dan Colombo Port City (CPC). Berangkat dari faktor internal tersebut, sangat mudah bagi pihak eksternal khusunya Cina untuk memberikan pengaruh dalam pembangunan suatu infrastruktur dan pengambilan keputusan dalam level negara. Dapat dikatakan, selama Keluarga Rajapaksa masih menguasai kursi pemerintahan, akan sulit bagi Sri Lanka untuk keluar dari �lingkaran� utang dengan Cina.
Debt-trap diplomacy is one of the strategies used by China to implement the Belt and Road initiative (BRI). Through debt-trap diplomacy, China will get the ownership of an infrastructure from the borrower country for an exchange of debt-repayment. Sri Lanka is one of the countries that experienced the debt-trap diplomacy and has an interdependence with China�s lending. How Sri Lanka is trapped in debt-trap diplomacy is caused by internal and external factors. Unstable economic conditions, civil war with Liberation of Tiger Tamil Eelam (LTTE), and the domination of Rajapakse Family in the government that has a close relation with the Chinese government are the main reasons for the internal factor. The closeness between Rajapakse and the Chinese government became the main reason why Sri Lanka always asked for China�s funding to build infrastructure and it�s reflected on the construction of Hambantota International Port (HIP) and Colombo Port City (CPC). Based on the internal factors mentioned above, it will be easier for the external side, especially China, to give an impact on the development of an infrastructure and affect the Sri Lankan decision making. Therefore, as long as the Rajapakse Family still has authority over the government, it will be hard for Sri Lanka to escape the �circle� of debt with China.
Kata Kunci : Debt-trap diplomacy, Belt and Road Initiative, Rajapaksa, utang, dominasi, infrastruktur, Cina, Sri Lanka, Hambantota International Port, Colombo Port City