PERKEMBANGAN TRADISI NYADRAN DI DESA GEMPOLSEWU DALAM PRESPEKTIF FILSAFAT KEBUDAYAAN CORNELIS ANTHONIE VAN PEURSEN
RAWBAL BEDROW, Dr. Sartini, M.Hum
2022 | Skripsi | S1 FILSAFATPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis perkembangan tradisi nyadran. Penelitian ini menggunakan pendekatan pemikiran filsafat kebudayaan Cornelis Anthonie van Peursen. Pemikiran filsafat kebudayaan Peursen dipilih karena dapat memetakan perkembangan kebudayaan dengan menggunakan tahapan kebudayaan, berupa mitis, ontologis, dan fungsional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pandangan filosofis di lapangan. Penelitian ini menggunakan data lapangan yang berasal dari hasil wawancara dan data pustaka. Data-data tersebut diolah dengan menggunakan teknik interpretasi, induksi, deduksi, dan heuristik, sehingga dapat menyajikan suatu hasil yang terstruktur dan dapat dipahami. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, tradisi nyadran pada awalmya adalah tradisi yang kental dengan mitos dan mistik, kemudian dipengaruh oleh agama Islam dan gaya hidup nelayan. Namun, hal itu tidak membuat mitos dan mistik dihilangkan. Sampai saat ini nyadran telah menjadi acara yang besar yang digambarkan sebagai ikon wisata budaya. Kedua, perkembangan tradisi nyadran dari tahap mitis menuju tahap ontologis dan tahap fungsional, tidak terjadi secara menyeluruh. Hal itu disebabkan karena peralihan sumber pengetahuan dari mitos ke logos tidak terjadi secara menyeluruh. Sumber pengetahuan logis dipakai untuk mendukung kelestarian dari mitos tradisi nyadran. Hal itu menunjukkan, bahwa perkembangan tradisi nyadran tetap mempertahankan imanensi dari pada melepaskannya dan membuka diri terhadap transendensi yang ada. Ketiga, oleh karena itu perkembangan tradisi nyadran sedikit tidak sesuai dengan teori kebudayaan Peursen. Namun, hal itu tidak menjadi masalah karena pemikiran Peursen ditujukan untuk mengetahui kondisi ketegangan antara imanensi dan transendensi suatu kebudayaan.
This research aimed to describe and provide its critical analysis the development of nyadran. To unpack the issue at hand, this research uses Cornelis Anthonie van Peursen's philosophical-cultural approach. Peursen's philosophical-cultural approach was chosen because it map the development of culture by using mythical, ontological and functional stages of culture. This research utilized field-philosophical method. This research uses field data derived from interviews dan literatures data. The data are interpreted through induction, deduction and heuristic to provide structured and understandable outcome. The research at hand, shows that first, nyadran at first was a tradition that was thick with myth and mystical, then influenced by Islam and lifestyle of fishermen. However, it does not make the myth and mystique removed. The today's practice, nyadran has become an event that described as an icon of cultural tourism. Second, the development of nyadran from mythical to ontological and to functional did not occur in its entirety. This is due to the knowledge convergence from myth to logos, does not occur completely. Logic are used to support the preservation of the myth. It shows that the development of nyadran still conserving the immanence dimension, instead of loosing it and welcoming the transcendence dimension. Third, the development of nyadran is slightly inconsistent with Peursen's theory. However, this is not a problem because Peursen's cultural philosophy is aimed to knowing the condition of tension between immanence dan transcendence of a culture.
Kata Kunci : nyadran, perkembangan, imanensi, transendensi.