Hubungan Sudut ANB dan Sudut Beta pada Maloklusi Skeletal Orang Indonesia
SHEINA ROSELANI DEWI, drg. Christnawati, M. Kes. Sp. Ort. (K); drg. Yanuarti Retnaningrum, Sp. Ort.
2022 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN GIGISudut ANB sering digunakan untuk menentukan maloklusi skeletal tetapi memiliki banyak kekurangan, sedangkan sudut Beta merupakan sudut baru yang juga berfungsi sama dan diklaim dapat menutupi kelemahan sudut ANB. Ukuran standar sudut ANB dan sudut Beta berasal dari ras Kaukasoid. Orang Indonesia terdiri dari dua ras utama, yaitu ras Mongoloid dan Austromelanesoid, namun secara umum didominasi oleh ras Mongoloid. Perbedaan ras dapat mengakibatkan perbedaan morfologi kraniofasial sehingga perlu dipertimbangkan dalam perawatan ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan sudut ANB dan sudut Beta pada berbagai maloklusi skeletal orang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional pada 56 sefalogram lateral orang Indonesia dengan kriteria: usia 18-25 tahun, gigi permanen lengkap, dan tidak memiliki anomali kraniofasial. Pengukuran sudut ANB dan sudut Beta dilakukan dengan menggunakan software DBSWIN. Data pengukuran selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kelas maloklusi skeletal dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman's rho Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara sudut ANB dan sudut Beta pada maloklusi skeletal kelas I, II, dan III orang Indonesia (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin besar sudut ANB maka sudut Beta akan semakin kecil pada maloklusi skeletal kelas I, II, dan III orang Indonesia.
The ANB angle is often used to determine skeletal malocclusion although it has many shortcomings. On the other hand, Beta angle is a new angle that also functions the same but claimed capable of coping with the weaknesses of the ANB angle. A standard measurement for ANB angle and Beta angle has been raised from Caucasians. Indonesians consist of two main races, namely the Mongoloid race and the Austromelanesoid race. Nonetheless, Indonesia is dominated by Mongoloid race. Different race can lead to different craniofacial morphology so that we need to consider this aspect before performing an orthodontic treatment. The aim of this research is to study the correlation between ANB angle and Beta angle of Indonesians in different skeletal malocclusions. This research is a cross-sectional study on 56 lateral cephalograms of Indonesian people with the following criteria: 18-25 years old, complete permanent teeth, and no craniofacial anomalies. ANB angle and Beta angle are measured with DBSWIN software. Then, these measures are classified based on skeletal malocclusion and analyzed with Spearman's rho Correlation test. The result shows that there are significant negative correlations (p<0.05) between ANB angle and Beta angle in class I, II, and III skeletal malocclusion in Indonesian people. The conclusion of this research is The greater ANB angle will be followed by smaller The Beta angle in class I, II, and III of Indonesians skeletal malocclusion.
Kata Kunci : sudut ANB, sudut Beta, maloklusi skeletal, orang Indonesia, sefalogram lateral