Prasasti Anjatan: Tinjauan Ulang Paleografi dan Isi Prasasti
YORI AKBAR SETIYAWAN, Dr. Mimi Savitri, M.A.
2022 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIPenelitian terhadap Prasasti Anjatan telah dilakukan oleh tiga ahli epigrafi yang berbeda namun masih sebatas alih aksara dan alih bahasa dengan telaah singkat. Pembacaan terdahulu yang dihasilkan pun, ditemui banyak perbedaan yang signifikan sehingga penelitian ini terutama bertujuan untuk menghasilkan alih aksara dan alih bahasa yang benar dan sesuai. Selain itu, tujuan lainnya mencari aspek kronologi dan tinjauan mendalam isi prasasti. Tujuan tersebut dicapai melalui beberapa tahap penelitian yang diawali dengan dokumentasi dan deskripsi unsur fisik prasasti. Pembacaan prasasti menerapkan metode transliterasi dan juga dihasilkan catatan alih aksara, serta alih bahasa. Pembacaan ahli terdahulu digunakan sebagai acuan dan perbandingan. Analisis paleografi dilakukan dengan mendeskripsi karakteristik penulisan aksara dan membandingkan aksara prasasti dengan prasasti dari berbagai periode untuk mengetahui karakteristik yang paling mendekati. Analisis bahasa dilakukan dengan mengidentifikasi keterangan dalam prasasti dengan konteks prasasti lain yang diduga sezaman. Interpretasi kronologi dan isi prasasti menggunakan pendekatan epigrafi dan historis komparatif melalui integrasi hasil analisis Prasasti Anjatan, sumber prasasti, artefak, dan sumber lainnya. Hasil penelitian menemukan terdapat banyak perbedaan pembacaan dengan penelitian terdahulu. Analisis paleografi dan bahasa juga menemumukan bahwa Prasasti Anjatan adalah prasasti salinan yang awalnya ditulis pada abad ke-9-10 M lalu disalin ulang pada masa Airlangga. Isi prasasti berupa peresmian Desa Anjatan sebagai sima bagi biara suci di Amertamanggala. Sgnifikansi peristiwa dalam prasasti dapat dilihat dari penulisan ulang prasasti dan dipahatkannya gambar purnakalasa menyimbolkan persembahan bagi Buddha. Melalui toponimi diketahui bahwa Desa Nganjat, Polanharjo, Klaten adalah wanwa ring anjatan dan mengindikasikan bahwa raja Airlangga masih memperhatikan wilayah Jawa bagian tengah.
Research about Anjatan Inscription was conducted by three different epigraphists that resulted by transcription and translation with a brief explanation that has plenty of significant mistakes and differences. Therefore, this study aims to create correct transcription and translation according to the actual condition of the inscription. An exhaustive examination of chronological aspect and inscription content is going to be done also. This study began with documentation and material description. The transliteration method is used in the process of creating transcription, moreover, transcription notes and translation are made. Paleographic analyzes are conducted by making a description of scripts and comparing those with other inscriptions from various periods to find out the closest characteristic resemblance. Analyzes of inscription language are purposed to identify information about what is written in the inscription associated with other inscriptions, which are assumed to be the same period. Epigraphy and the historical-comparative approach are used to interpret the aspect of chronology and content are interpreted by combining the result of analyzes of Anjatan inscription, other inscriptions, and artifacts. This study shows that there are numerous corrections for preceding transcriptions. Likewise, paleographic and language analyzes indicate that Anjatan Inscription is a copy (tinulad), which the original is inscribed between 9-10 A.D and had been re-written in the reign of Airlangga. Significant values of the inauguration of the sima village of Anjatan for the holy monastery of Amertamanggala could be observed from the re-written of the inscription and engraved purnakalasa that symbolizes a sacred tribute to Buddha. Toponymy study also shows that the location of wanwa ring Anjatan nowadays is in Nganjat village, Polanharjo, Klaten, and revealed king Airlangga's concern for people in the western part of his kingdom.
Kata Kunci : Prasasti Anjatan, kuti, Amertamanggala, tinulad, Airlangga