Rivalitas Industri Komik Korea dan Cina Terhadap Hegemoni Komik Jepang Sebagai Instrumen Diplomasi Budaya Di Asia

NAFI DIAN RAMA W, Dra. Siti Daulah Khoiriati, M.A.

2022 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Komik merupakan salah satu produk dari budaya populer dengan pengaruh yang luas. Jepang sendiri telah menjadi hegemon komik dan trendsetter komik di dunia. Di Asia sendiri, pengaruh dari komik Jepang sangat kuat hingga mempengaruhi negara lain seperti Korea Selatan dan China untuk membangkitkan industri komik mereka. Kebangkitan industri komik kedua negara tersebut tidak terhindar dari rivalitas karena terjadi pada periode waktu yang sama dan juga industri komik mereka yang dipengaruhi kuat oleh Jepang. Hadirnya komik sebagai salah satu instrumen soft power menjadi keberadaan yang signifikan terhadap jalannya diplomasi kultural di tengah berbagai batasan dan fluktuasi hubungan antar negara. Rivalitas yang terjadi juga berpotensi menjadi ancaman bagi industri komik Jepang dengan komik-komik Korea Selatan dan China yang mulai masuk ke pasar global menghalangi agenda Jepang menggunakan budaya populer dalam diplomasi budaya mereka. Korea Selatan dan China sendiri juga memiliki tujuan dan strategi masing-masing dalam mengembangkan industri komik mereka sehingga masing-masing memiliki potensi yang berbeda untuk dapat bersaing dengan industri komik Jepang.

Comics are one of the products of popular culture with a wide influence. Japan itself has become a comic hegemon and comic trendsetter in the world. In Asia itself, the influence of Japanese comics is so strong that it has influenced other countries such as South Korea and China to revive their comic industry. The rise of the comic industry of the two countries is inseparable from rivalry because it occurs in the same time period and also their comic industry is strongly influenced by Japan. The presence of comics as an instrument of soft power has become a significant presence in the course of cultural diplomacy in the midst of various boundaries and fluctuations in relations between countries. The rivalry that occurs also has the potential to be a threat to the Japanese comic industry, with South Korean and Chinese comics starting to enter the global market blocking Japan's agenda of using popular culture in their cultural diplomacy. South Korea and China themselves also have their own goals and strategies in developing their comic industry so that each has different potentials to compete with the Japanese comic industry.

Kata Kunci : Jepang, Korea selatan, China, budaya populer, industri komik, Asia