Socioemotional Wealth dan Pengendalian Manajemen Perusahaan Keluarga Tionghoa dalam Pengambilan Keputusan (Studi Kasus pada Perusahaan Garmen X di Bandung Raya)
DAMARIS IMELDA Y., Ertambang Nahartyo, Dr., M.Sc., CMA, Ak., CA.
2022 | Tesis | MAGISTER AKUNTANSIPerubahan lingkungan bisnis yang radikal menuntut seluruh industri untuk berubah menjadi lebih agile dan mengubah strategi, pola pikir, serta cara kerja perusahaan apabila ingin bertahan. Terjadi pergeseran paradigma model kepemimpinan gaya Asia Timur. Di Indonesia, salah satu penerapannya dapat dilihat pada sektor industri TPT, sektor perekonomian yang banyak dikuasai oleh etnis Tionghoa. Sektor industri ini memiliki banyak peluang karena permintaan pasar terhadap produk tekstil sangat besar. Selain itu, teknologi modern di bidang tekstil berkembang pesat. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada perusahaan garmen di Bandung Raya yang disebut sebagai PT X. Peneliti menggunakan dimensi socioemotional wealth (SeW) yang terdiri atas family control and influence, identification of family, binding social ties of family, emotional attachment of family, dan renewal of family bonds through dynastic succession (FIBER) untuk dapat membantu memetakan perusahaan keluarga. SeW juga dapat menjadi landasan dalam menganalisis perusahaan keluarga terkait pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan demi keberlangsungan perusahaan. PT X merupakan perusahaan keluarga Tionghoa yang masih menerapkan prinsip Konfusianisme dalam kegiatan operasional sehari-hari. Pelekatan prinsip tersebut menjadikan perusahaan keluarga Tionghoa memiliki budaya yang sangat kental. Sifat pimpinan yang otokrasi kerap kali membuat pengambilan keputusan bersifat top-down. Keputusan yang bersifat top-down membuat pihak keluarga sebagai pemilik turut campur dalam pengambilan keputusan yang terkadang tidak sejalan dengan keputusan yang ingin diambil oleh manajemen. Keputusan yang diambil oleh pemilik seringkali berdasarkan suasana hati, intuisi, dan pengalaman masa lalu, sehingga kurang memperhatikan analisis data dan fakta risiko. Tak jarang bentuk keputusannya menjadi kurang rasional karena dibentuk berdasarkan emosi dan intuisi. Keterlibatan anggota keluarga termasuk generasi pertama, memiliki porsi lebih besar dibandingkan dengan agen. Wewenang penuh ada pada generasi pertama dan subjektivitas pemimpin diutamakan dalam pengambilan keputusan.
Radical changes in the business environment require the entire industry to become more agile if it wants to survive, and to change strategies, mindset, and the way the company works. There has been a paradigm shift in the East Asian style leadership model. In Indonesia, one of its applications can be seen in the textile industry sector because it is an economic sector that is dominated by Chinese ethnic owners. This industrial sector has many opportunities because the market demand for textile products is very large. In addition, modern technology in the textile sector is developing rapidly. This research uses a case study at a garment company in Bandung Raya called PT X. The researcher analyzes using the Socioemotional Wealth (SeW) dimension, which consists of family control and influence, identification of family, binding social ties of family, emotional attachment of family, and renewal of family bonds through dynastic succession (FIBER), these can help map out family business. SeW can also be used as a basis for analyzing family business regarding management control and decision-making for the business continuation. PT X is a Chinese family business that still applies Confucianism principles in its daily operations. Sticking to these principles makes Chinese family businesses have a very strong culture. The nature of autocratic leadership often makes top-down decisions. Top-down decisions make the family, as the owner, involved in decision-making, which is sometimes not in line with management's decisions. Decisions made by owners are often based on mood, intuition, and past experiences, so they pay less attention to data analysis and risk facts. Not infrequently, the decision becomes less rational because it is formed based on emotions and intuition. The involvement of family members, including the first generation, has a larger portion compared to agents. Full authority is in the first generation's hand, and the leader's subjectivity is prioritized in decision-making.
Kata Kunci : Socioemotional wealth, pengendalian manajemen, pengambilan keputusan, perusahaan keluarga Tionghoa