WARUNG HIK SEBAGAI RUANG PUBLIK: (Studi Kasus Warung HIK Sebagai Tempat Reproduksi Wacana Isu Publik dan Politik Masyarakat Lokal di Surakarta)
ERICK DENNY PRABOWO, Dr. Wawan Mas'udi, S.IP., M. P. A
2021 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHANPenelitian ini membahas tentang bekerjanya warung HIK sebagai sarana ekonomi yang dapat menjadi ruang publik di Kota Surakarta. Warung HIK yang notabene merupakan entitas ekonomi informal; tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai latar belakang sosial yang beragam sehingga membuat warung HIK ini bersifat inklusif. Selain itu, warung HIK juga dapat menjadi tempat reproduksi wacana isu publik karena orang - orang yang datang bukan untuk makan semata tetapi juga berinteraksi satu sama lain. Maka, dari itu studi penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana warung HIK yang awal mulanya merupakan sektor ekonomi informal dapat mengakomodasi berbagai isu politik dan sosial yang berkembang di Kota Surakarta. Analisis mengenai warung HIK sebagai ruang publik tersebut menggunakan konsepsi teoritis dari Jurgen Habbermas. Teori tersebut membantu menganalisis tiga ciri khusus yang dimiliki warung HIK sebagai ruang publik yaitu demokratis, bermakna, dan responsif. Demokratis berarti semua orang terlepas apapun latar belakangnya dapat memiliki akses ke Warung HIK. Bermakna berarti adanya keterkaitan individu dengan konteks sosial di sekitarnya. Responsif yaitu dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas.untuk merespon situasi segala situasi yang berkembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dengan berbagai narasumber penting dan representatif seperti: pemilik warung HIK, pelanggan, dan komunitas paguyuban Warung HIK. Observasi juga dilakukan penulis untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai bekerjanya warung hik sebagai ruang publik. Analisis deskriptif digunakan penulis dalam penelitian ini dengan melakukan interaksi langsung terhadap pemilik, pelanggan, dan organisasi atau kelompok yang berkaitan dengan warung HIK di Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa warung HIK dapat bekerja menjadi ruang publik inklusif. Bekerjanya ruang publik di warung HIK terlihat dari kebiasaan "jagongan" orang - orang di dalamnya. Berbagai isu diperbincangkan di dalamnya dengan bebas, mulai dari isu sehari - hari hingga masalah isu politik dan sosial. Selain itu, bekerjanya warung HIK menjadi ruang publik inklusif dapat menjelma sebagai arena kontestasi politik. Hal ini terlihat dari berbagai cara dari beberapa pihak yang berusaha menggunakan warung HIK digunakan untuk proses politik. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pembangunan sosial trust secara tidak langsung, pembentukan wacana isu politik dan publik, serta menggunakannya sebagai sebuah arena kontestasi politik telah menunjukan jika warung HIK yang notabenya adalah sektor ekonomi informal dapat bekerja menjadi ruang publik inklusif. Kata kunci: Warung HIK, Ruang Publik, Inklusif, Interaksi.
This study discusses the operation of HIK stalls as an economic facility that can become a public sphere in Surakarta City. HIK stalls which incidentally is an informal economy entity; a gathering place for people from various social backgrounds that make this place inclusive. In addition, HIK stalls can also be a place for reproduction of discourse on public issues because people who come not only to eat but also interact with each other. Therefore, this research study tries to explain how HIK stalls, which were originally a informal economic sector, can accommodate various political and social issues that are developing in Surakarta City. The analysis of the HIK stalls as a public sphere uses the theoretical conception of Jurgen Habbermas. This theory helps analyze three special characteristics of HIK stalls as public sphere: democratic, meaningful, and responsive. Democratic means that everyone regardless of background can have access to HIK stalls. Meaningful means the relationship between the individual and the surrounding social context. Responsive, that is, it can be used for various activities and broad interests. To respond to any situation that develops. This study uses a qualitative method with a case study approach. The data in this study are divided into two categories: primary data and secondary data. Primary data were obtained from in-depth interviews with various important and representative sources such as: HIK stalls owners, customers, and the HIK stalls community. Observations were also made by the author to get a clearer picture of the workings of a hik stall as a public sphere. Descriptive analysis is used by the authors in this study by conducting direct interactions with owners, customers, and organizations or groups related to HIK stalls in Surakarta. Based on the results of the study found that HIK stalls can work as inclusive public sphere. The workings of the public space in the HIK stall can be seen from the habits of the "jagongan" of the people in it. Various issues are discussed in it freely, ranging from everyday issues to political and social issues. In addition, the operation of HIK stalls as an inclusive public sphere can be transformed into an arena of political contestation. This can be seen in various ways from several parties who try to use HIK stalls in the political process. This study can be concluded that the indirect development of social trust, the formation of discourse on political and public issues, and using it as an arena for political contestation has shown that HIK stalls as a informal economic sector can work as an inclusive public sphere. Key words: HIK Stalls, Public Sphere, Inclusive, Interaction
Kata Kunci : Warung HIK, Ruang Publik, Inklusif, Interaksi/ HIK Stalls, Public Sphere, Inclusive, Interaction