Museum Arsitektur Kota Malang dengan Pendekatan Adaptive Reuse
ALIFIO AKMAL FILDZA, Dimas Wihardyanto, S.T., M.T.
2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTURKota Malang merupakan salah satu kota di Indonesia yang sarat akan sejarahnya. Sebuah kota yang dahulunya dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda itu kini menjadi salah satu kota besar di Provinsi Jawa Timur. Berbagai macam peninggalan sejarah dari masa ke masa, mulai dari zaman Hindu-Budha, penjajahan kolonial Belanda, hingga pasca kemerdekaan Indonesia. Hal yang mencolok dari peninggalan masa-masa tersebut adalah arsitektur dan perencanaan kotanya. Menurut catatan sejarah, tata ruang Kota Malang pernah dipamerkan di Kota Paris, Prancis, para tahun 1937. Bahkan sampai sekarang, beberapa dari aspek ini masih bertahan seiring berkembangnya zaman. Peluang untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota wisata cagar budaya sebenarnya sangat lah besar. Namun sayangnya Pemerintah Kota Malang kurang memperhatikan peluang ini. Sebuah kesempatan yang dapat mengikuti jejak kesuksesan kota-kota lain, seperti Yogyakarta dan Jakarta. Kenyataannya saat ini masih banyak karya arsitektur dan perencanaan tata kota yang tidak dilindungi sebagaimana mestinya. Bahkan beberapa bangunan sudah hilang tanpa jejak. Kota Malang sebenarnya memiliki beberapa kawasan cagar budaya dan memiliki rencana untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Namun pemerintah kota dianggap sangat telat dalam melangkah lebih jauh. Salah satunya adalah Kawasan Besar Ijen atau Idjen Boulevard yang sebenarnya adalah kawasan perumahan cagar budaya. Akan tetapi perumahan tersebut berkembang hampir secara total dan tidak sesuai dengan konteks sejarahnya. Karya ilmiah ini bermaksud untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan merencanakan sebuah Museum Arsitektur Kota Malang. Pemilihan museum sebagai tipologi bangunan diharapkan dapat menjadi sebuah "buku" yang menceritakan tentang identitas Kota Malang itu sendiri. Karya ilmiah ini menggunakan sebuah site eksisting yang berada di Kawasan Idjen Boulevard. Dengan menggunakan pendekatan adaptive reuse, diharapkan nilai-nilai yang ada pada konteks sejarah serta bangunan eksisting itu sendiri ikut tersalurkan kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Malang City is one of the cities in Indonesia which is full of history. A city that was formerly formed by the Dutch colonial government, it is now one of the big cities in East Java Province. Various kinds of historical relics from time to time, from the Hindu-Buddhist era, the Dutch colonial rule, to the post-independence era of Indonesia. What stands out from those days is the architecture and urban planning. According to historical records, the city layout of Malang was exhibited in Paris, France, in 1937. Even today, some of these aspects have survived over time. The opportunity to make Malang City a cultural heritage tourism city is actually huge. Unfortunately, the City Government of Malang doesn't pay much attention to this opportunity. An opportunity that can follow in the footsteps of the success of the other cities, such as Yogyakarta and Jakarta. In fact, there are still many works of architecture and urban planning that are not properly protected. Even some buildings have disappeared without a trace. Malang City actually has several cultural heritage areas that are planned to be developed into tourism object. However, the city government was deemed too late to go further. One of them is Kawasan Besar Ijen or Idjen Boulevard which is actually a cultural heritage residential area. However, the residential housing has grown almost totally and does not fit by its historical context. This scientific work intends to solve these problems, especially in terms of architecture and urban planning. The choice of museum as a building typology is expected to become a "book" which tells about the identity of Malang City itself. This scientific work uses an existing site located in the Idjen Boulevard area. By using the adaptive reuse approach, it is hoped that the values that exist in the historical context and the existing buildings themselves are conveyed to the community and local government.
Kata Kunci : Museum, Cagar Budaya, Arsitektur, Kota, Malang, Adaptive Reuse