Politik Tubuh Interseks di Indonesia
FITA NOFIANA, Evi Lina Sutrisno, S. Psi., M.A., Ph.D
2021 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHANPenelitian ini melacak beroperasinya relasi kuasa dan negosiasi politik tubuh pada kehidupan enam individu yang telahir dengan bentuk alat kelamin dan karakteristik seksual yang ambigu atau dikenal sebagai interseks. Berbagai persoalan yang menimpa para individu interseks muncul karena mereka memiliki karakteristik seksual yang sulit diidentifikasikan sebagai penis atau vagina, sebagaimana dimiliki oleh kebanyakan orang. Fenomena interseks di Indonesia sangat tidak familiar bagi masyarakat luas, bahkan di kalangan praktisi medis. Selain itu, berlaku binerisme gender, di mana hanya jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mendapatkan pengakuan di tengah masyarakat. Bahkan pemerintah RI mengadopsi wacana ini lewat kebijakan administrasi sipil. Penelitian ini menemukan bahwa individu interseks mengalami politik tubuh dan relasi kuasa yang tidak seimbang melalui pendisiplinan identitas seksual dari sejak awal kehidupan mereka hingga masa dewasa. Pada masa awal kelahiran, praktisi medis sebagai pihak yang memiliki posisi lebih tinggi karena pengetahuan kedokteran mereka memberikan saran kepada orangtua bayi interseks untuk melakukan normalisasi atau koreksi alat kelamin melalui operasi. Orangtua pada umumnya tidak memiliki pilihan, kecuali mematuhi saran tersebut, karena hegemoni gender binerisme dan sistem administrasi sipil yang tidak mengakomodir pencatatan gender ketiga. Di masa kanak-kanak dan remaja, individu interseks mengalami kebingungan karena identitas gender dan karakteristik seksual yang non-mainstream. Beberapa mengalami pergulatan batin dan masalah interaksi sosial, namun berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan identitas jenis kelamin yang dilekatkan pada mereka saat lahir. Di masa dewasa, politik politik tubuh interseks terjadi dalam interaksi dokter dan pasien, di mana perspektif medis yang mempertahankan binerisme gender menjadi pertimbangan utama individu interseks dalam mengambil keputusan untuk mengkoreksi jenis kelamin mereka melalui operasi, terapi hormonal dan menyesuaikan perilaku. Penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang mengakomodir proses interpretasi diri dan dunia sekitar, maupun pergulatan pada individu interseks. Data didapat melalui wawancara, shadowing, observasi dan analisis literatur.
This study traces the operation of power relations and body politics negotiations in the lives of six people who were born with ambiguous genitalia and sexual characteristics known as intersex. The problems that afflict intersex people arise because they have sexual characteristics that are difficult to identify as a penis or vagina, as most people have. The phenomenon of intersex in Indonesia is very unfamiliar to the community, even among medical practitioners. In addition, gender binary applies, in which only the male and female sexes are recognized in the community. Even the Indonesian government adopted this discourse through civil administration policies. This study found that intersex individuals experience unequal body politics and power relations through sexual identity discipline from their early life to adulthood. In the early days of birth, medical practitioners as those who have a higher position because of their medical knowledge advise parents of intersex babies to normalize or correct the genitals through surgery. Parents generally have no choice, but to comply with the advice, because of the hegemony of gender binary and the civil administration system that does not accommodate the third gender registration. In childhood and adolescence, intersex individuals experience confusion due to non-mainstream gender identity and sexual characteristics. Some experience inner struggles and social interaction problems, but try to discipline themselves according to the gender identity they were born with. In adulthood, intersex body politics takes place in doctor-patient interactions, where a medical perspective that maintains gender binary becomes the main consideration for intersex individuals in making decisions to correct their gender through surgery, hormonal therapy and behavioral adjustments. This study applies a qualitative research method with a phenomenological approach that accommodates the process of interpreting oneself and the world around, as well as the struggles of intersex individuals. Data obtained through interviews, shadowing, observation and analysis of the literature.
Kata Kunci : Interseks, normalisasi seksual, politik tubuh, relasi kuasa, binerisme gender.