Laporkan Masalah

Kebermaknaan Graffiti bagi Para Writer di Kota Yogyakarta

RIZKY PRASETYA ADISU, Fauzan Heru Santhoso, M.Si., Ph.D

2021 | Skripsi | S1 PSIKOLOGI

Graffiti merupakan sebuah bentuk karya seni yang unik karena dibuat di ruang publik dengan mayoritas media yang digunakan adalah tembok. Media graffiti yang berada di ruang publik ini kerap disalahartikan oleh masyarakat sebagai vandalisme, sehingga para writer (sebutan untuk penggambar graffiti) kerap sekali mendapat label negatif dari masyarakat. Buruknya penerimaan masyarakat memunculkan pertanyaan, kenapa para graffiti writer ini tetap bersikukuh melakukan aktivitas mereka terlepas dari label negatif yang telah melekat. Bagaimana mereka memaknai graffiti menjadi salahsatu faktor kunci untuk memahami apa yang selama ini memotivasi para writer untuk tetap berkarya di ruang publik. Partisipan dari penelitian ini adalah tiga orang writer di Kota Yogyakarta yang didapatkan lewat teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi, dengan pengambilan data menggunakan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan dua kategori dalam pemaknaan graffiti, faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas memfasilitasi dorongan untuk berkembang, pencarian rekognisi, media katarsis, terjalinnya relasi dengan komunitas, memberikan tantangan, peran diri di masyarakat, dan komersialisasi karya. Faktor eksternal terdiri atas penerimaan sosial dari lingkungan.

Graffiti is a form of art that is slightly different because it was made in a public space with the main media used is a wall. Graffiti in the public spaces is often misunderstood by the public as vandalism, so "writers" often get negative labels from their activity. The poor acceptance of the community raises questions on the researcher's mind, why these graffiti writers persist in carrying out their activities regardless of the negative label attached. How they give meaning for graffiti is one of the key factors in understanding what has motivated them to keep doing. The participants of this study were three graffiti writers in the city of Yogyakarta, obtained through the snowball sampling technique. This study employed qualitative phenomenology approach, and used semi-structured interview to gather the data. The results showed two categories highlighting the meaning of graffiti for these writers, internal and external factors. Internal factors consist of encouragement to develop, seeking recognition, media for catharsis, establishing relationships with their community, providing challenges, the role of self in society, and commercialization of works. External factor consist of social acceptance from the environment.

Kata Kunci : graffiti, kebermaknaan, labelling

  1. S1-2021-36621-title.pdf  
  2. S1-2021-366251-abstract.pdf  
  3. S1-2021-366251-bibliography.pdf  
  4. S1-2021-366251-tableofcontent.docx  
  5. S1-2021-366251-tableofcontent.pdf  
  6. S1-2021-366251-title.pdf