Redesain Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Pendekatan Arsitektur Metafora
KALAKSITANING ATISUCI HATMOKO, Nabila Afif, S.T., M.Arch.
2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTURTentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di udara. TNI AU mengalami puncak kejayaannya sekitar tahun 1960-an, dengan mendapat bantuan pesawat tempur dan helikopter dari Uni Soviet yang dilatarbelakangi keterdekatan kedua negara secara politik. Pada masa itu, TNI AU mampu menjadi Angkatan Udara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kemampuan pengeboman paling strategis. TNI AU juga memiliki peran penting bagi Indonesia karena bentuk negara yang merupakan kepulauan. Sehingga, perlu rasanya masyarakat belajar salah satu bagian sejarah negara dari museum pusat TNI AU. Selain itu, di museum ini terdapat koleksi pesawat terbang, teknologi terkait transportasi udara, serta persenjataan tantara AU yang lengkap dan masih tersimpan dengan baik sehingga dapat menjadi media belajar bagi pengunjung. Museum ini juga berpotensi menjadi identitas kota, karena Yogyakarta merupakan lokasi pusat Angkatan Udara RI. Pendekatan arsitektur metafora dipilih dalam rencana redesain Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan harapan mampu memudahkan pengguna fasilitas dalam menikmati koleksi dan mempelajari sejarah dari benda-benda koleksi milik museum. Arsitektur metafora menitikberatkan keterkaitan antara makna dengan implementasi pada desain, sehingga setiap bagian dari desain memiliki arti dan kisah tersendiri yang mampu mendukung ragam tema benda koleksi museum.
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) or could be translated as ‘The Indonesian National Army Air Force’ is a part of the Indonesian National Army, which is responsible for the operations of the Republic of Indonesia in the air. TNI AU experienced its peak in the 1960s, with the provision of resources such as combat aircraft and helicopters from the Soviet Union, which was motivated by the political closeness of the two countries. At that time, TNI AU was able to became the first Air Force in Southeast Asia with a strategic bombing capability. TNI AU also had an important role for Indonesia since the country is an archipelago. Therefore, the public needs to learn part of the country’s history by appreciate and learn more about TNI AU through TNI AU Central Museum Dirgantara Mandala as a media. In addition, the museum has lots and well-preserved collection of airplanes, air transportation technology, and Air Force weapons which has potential to become learning media for visitors. This museum also could be the city's identity, because Yogyakarta is the central location of the Indonesian Air Force. The architecture metaphor approach was chosen in the plan to redesign the museum, and was hoped to be able to make it easier for users to enjoy and learn about the history of museum collections. That could be said since architecture metaphor emphasizes the relationship between meaning and implementation in design, so that every parts of the design would be meaningful which could help museum collection in telling each of its stories.
Kata Kunci : Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala, redesain, arsitektur metafora, Dirgantara Mandala Indonesia Air Force Central Museum, redesign, architecture metaphor