Youth Development Center di Yogyakarta dengan Pendekatan Placemaking
AQILA SHABRINA, Nedyomukti Imam Syafii, Dr.Eng., ST., M.Sc.
2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTURDaerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disebut dengan Jogja, merupakan salah satu kota besar yang berada pada area Jawa Tengah. Tak jarang dalam keberlangsungan pengembangan kota, banyak penduduk desa kecil disekitar jogja yang akan melakukan urbanisasi. Hal ini meningkatkan kebutuhan masyarakat untuk bermukim, sehingga mengakibatkan banyaknya pertumbuhan kampung kota pada daerah Jogja. Tetapi, urbanisasi yang dilakukan oleh populasi pedesaan tidak akan menutup kemungkinan mereka dari “mentalitas kampung†dan menjadikan mereka seseorang yang mampu bersaing secara ekonomi, baik dalam skala nasional maupun international. Prevalensi pada kemiskinan di kampung didukung oleh anggapan bahwa durasi untuk bersekolah maupun berkuliah tidak perlu lama-lama, sehingga pemuda/pemudi kampung diharapkan untuk segera bekerja. Tetapi permasalahan lain yang timbul adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersedia untuk tamatan pendidikan yang notabene ‘apa adanya’ tersebut, cenderung akan menawarkan pekerjaan ‘kasar’, dalam artian lain pekerjaan tersebut akan mengutamakan pekerjaan otot dan memiliki upah yang relatif sedikit. Demi merubah paradigma yang berkembang pada masyarakat tersebut, maka diperlukan sebuah fasilitas yang dapat memperbaiki cara pandang warga terhadap edukasi. Disamping itu, para pemuda kampung juga membutuhkan wadah bagi mereka untuk mengasah keterampilan dan bakatnya demi memenuhi kualifikasi kebutuhan pasar. Maka terciptalah Youth Development Center ini sebagai solusinya. Placemaking dipilih menjadi teori pendekatan dalam perancangan Youth Development Center ini. Pendekatan ini dipilih sebagai upaya untuk menciptakan ‘meaning’ pada ruang yang terbentuk. Selain itu, pendekatan ini akan mengakar pada masyarakat lokal, sehingga mereka mampu membuat perubahan yang berlandaskan pada keinginan mereka sendiri. Ide yang tumbuh dari masyarakat setempat akan menjadi solusi berbasis lokalitas yang mampu memberi perubahan kearah yang lebih baik dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang.
Daerah Istimewa Yogyakarta, or commonly known as Jogja, is one of the big cities in the Central Java area. It is common in city development for many villagers from smaller towns around Jogja to carry out urbanization. This increases the community's need for living space, resulting in the growth of many urban villages in the Jogja area. However, urbanization carried out by rural populations will not exclude them from a village mentality and this does not make them people capable of competing economically, both on a national and international scale. Poverty prevalence in villages is supported by the assumption that the duration for education does not need to be long, so village youths are expected to work as soon as possible. But another problem that arises is that jobs available for people with low education tend to be menial jobs, in other words, these jobs will prioritize muscle work and have relatively low wages. In order to change the paradigm that has developed in the community, a facility that improves the citizen’s perception towards education is needed. Besides that, village youths also need a place for honing their skills and talents to meet market requirements qualifications. Thus, creating the Youth Development Center as the solution. Placemaking was chosen as a theoretical approach in designing this Youth Development Center. This approach was chosen as an effort to create meaning in the space formed. In addition, this approach will take root in local communities, so they are able to make changes based on their own desires. The idea that grows from the local community will become a locality-based solution that is able to provide change for the better in the short and long term.
Kata Kunci : Kampung, Youth Development Center, Pemuda, Placemaking