Laporkan Masalah

Konstruksi Wajah Feminisme Orde Lama dan Orde Baru: Analisis Wacana Kartini sebagai Simbol Feminisme Indonesia

OLIVIA PRASTITI W, Azifah Retno Astrina S.I.P, M.P.S

2021 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Kartini adalah tokoh yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai tokoh feminisme Indonesia. Namun, pemilihan Kartini sebagai pahlawan nasional dan simbol feminisme tidak dapat dilepaskan dari konstruksi wacana negara atas perempuan. Nilai-nilai dan citra Kartini mengalami perubahan seiring berubahnya kepentingan rezim terhadap perempuan atau feminisme. Penelitian ini bertujuan untuk melihat konstruksi Kartini sebagai simbol feminisme Indonesia yang dibentuk oleh Orde Lama dan Orde Baru. Melalui pendekatan kualitatif metode analisis wacana kritis, penelitian akan membedah perubahan citra Kartini seiring rezim yang berganti. Penelitian melihat bagaimana konstruksi wacana yang terdapat dalam buku "Panggil Aku Kartini Saja" tulisan Pramoedya Ananta Toer dan "Kartini: Sebuah Biografi" tulisan Siti Soemandari Soeroto membentuk citra Kartini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Kartini memiliki pergeseran sesuai dengan kepentingan rezim terhadap perempuan. Orde Lama, yang memiliki kepentingan politis melawan imperialisme, menjadikan Kartini sebagai pahlawan perempuan. Perubahan kepentingan politik Orde Baru, menciptakan karakter baru terhadap Kartini. Kartini dicitrakan sebagai perempuan ningrat yang mendukung domestifikasi perempuan. Maka, perjuangan feminisme Kartini sebenarnya memvalidasi konstruksi perempuan Orde Baru, yaitu Ibuisme Negara. Hasilnya, Kartini hanya dipahami sebagai sosok ningrat pejuang feminis yang sibuk menyuarakan hak-hak perempuan. Padahal perjuangan Kartini memiliki corak feminisme Negara Dunia ketiga yang berhasil mengimplementasikan konsep interseksionalitas pada konteks masyarakat Indonesia.

Kartini is well known as a feminist figure of Indonesia and also a national hero. However, the decision to make Kartini as national hero and feminism symbol cannot be separated from discourse construction of the government over women concept. Kartini's values and figure have changed depending on regime ideas over women and feminism. This study aims to find how the Old Order and New Order construct Kartini as a feminism symbol of Indonesia. Through qualitative method and critical discourse analysis, the study tries to learn the shifts on Kartini's images over the two regimes. The study will based on "Panggil Aku Kartini Saja" written by Pramoedya Ananta Toer and "Kartini: Sebuah Biografi" written by Siti Soemandari as a literature discourse. The results from this study show if Kartini's values have been shifted based on regime purpose over feminism. The Old Order, which has an interest against imperialism, makes Kartini a hero who has left movement ideas. In contrast, the change of interest over feminism in the New Order made a big change in Kartini's character. New Order that created "Stateibuism" makes Kartini's figure as a feminism who just struggling over women's right and comes from noble family. On the contrary, Kartini is the first woman who used the Third World Feminism idea successfully which implemented the intersectionality concept in Indonesia society.

Kata Kunci : Kartini, Wacana, Feminisme, Orde Lama, Orde Baru, Interseksionalitas

  1. S1-2021-409912-abstract.pdf  
  2. S1-2021-409912-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-409912-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-409912-title.pdf