Hubungan Antara Gejala Depresi Dengan Total Konsumsi Junk Food Pada Dewasa Berusia 18-60 Tahun: Analisis Data IFLS 2014-2015

SHANIA PUTRI AYURI, Tony Arjuna, M.NutDiet, PhD, AN, APD; dr. Mohammad Robikhul Ikhsan, Sp.PD., K-EMD., M.Kes

2021 | Skripsi | S1 GIZI KESEHATAN

Latar Belakang: Gejala depresi tidak hanya terjadi pada kelompok usia tertentu namun sudah menyebar secara global di seluruh kelompok usia. Gejala depresi dapat berdampak pada perubahan nafsu dan perilaku makan. Seseorang memiliki gaya koping dan cara mengatasi gejala depresi masing-masing, salah satunya melalui konsumsi junk food dengan alasan junk food dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara gejala depresi dengan total konsumsi junk food pada dewasa usia 18-60 tahun. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan data Indonesian Family Life Survey tahun 2014-2015 (IFLS 5). Subjek penelitian berjumlah 26.190 dewasa yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dewasa muda (18-39 tahun) dan dewasa madya (40-60 tahun). Gelaja depresi diukur dengan menggunakan 10-item Center of Epidemiologic Studies Depression (CES-D 10). Total konsumsi junk food dalam satu minggu terakhir dinilai dengan menjumlahkan skor seluruh makanan yang dikonsumsi menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil: Proporsi gejala depresi ringan merupakan yang tertinggi pada kelompok usia dewasa muda (74,48%) dan dewasa madya (80,41%) dengan rata-rata skor gejala depresi masing-masing 6,71�±4,80 dan 5,85�±4,81. Total konsumsi junk food pada dewasa muda persentase terbanyak adalah kategori total konsumsi tertile ke-3 (35,07%) sementara dewasa madya adalah kategori total konsumsi tertile ke-1 (40,39%) dengan rata-rata skor total konsumsi junk food dalam satu minggu masing-masing 7,06�±5,18 dan 5,80�±4,80. Ditemukan hubungan positif antara gejala depresi dengan total konsumsi junk food. Hubungan yang signifikan ditemukan pada laki-laki dan perempuan pada kelompok usia dewasa muda (p<0,05) serta perempuan pada kelompok usia dewasa madya (p<0,05) dan tidak signifikan pada laki-laki (p>0,05). Kesimpulan: Semakin berat gejala depresi maka semakin besar kecenderungan untuk mengonsumsi junk food.

Background: Depressive symptoms do not only occur in a certain age group but have globally spread across all age groups. It has an impact on changes in appetite and eating behavior. A person has their own coping style and ways on how to overcome the depressive symptoms, one of which is by consuming junk food and the reason was that junk food is considered to improve their psychological well-being. Objectives: To determine the association between depressive symptoms and total junk food consumption. Methods: This cross-sectional study was carried out in 26,190 adults using data from Indonesia Family Life Survey 2014-2015 (IFLS 5). The samples were divided into two groups, young adults (18-39 years) and middle adults (40-60 years). Depressive symptoms were measured using the 10-item Center for Epidemiologic Studies Depression (CES-D 10). Total junk food consumption in the past week was assessed by adding up score of all the food consumed using Food Frequency Questionnaire (FFQ). Results: The proportion of mild depressive symptoms was the highest in the young adult age group (74.48%) and middle adult (80.41%) with an average depressive symptoms score of 6.71 �± 4.80 and 5.85�±4.81, respectively. The proportion of 3rd tertile total junk food consumption was the highest in the young adults (35.07%) while the 1st tertile total junk food consumption was found in the middle adults (40.39%) with an average total score of junk food consumption in the past week 7.06�±5.18 and 5.80�±4.80, respectively. There is a positive association between depressive symptoms and total junk food consumption. A significant relationship was found for both men and women in the young adult age group (p<0,05), meanwhile the significant association was only found in women in the middle age group (p<0,05) and not significant in men (p>0,05). Conclusion: The higher level of depressive symptoms was related to a higher tendency to consume junk food.

Kata Kunci : gejala depresi, total konsumsi junk food