Laporkan Masalah

Hubungan antara Persepsi Bersepeda dan Kondisi Area Terbangun terhadap Kemauan Bersepeda di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

REYHAN FAIRUZ SISHALQI, Dr. Eng. M. Sani Roychansyah, S.T., M.Eng

2021 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota Yogyakarta dulunya dikenal luas sebagai Kota Sepeda Seiring dengan perkembangan Kota Yogyakarta sebagai pusat pariwisata dan pendidikan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan mobilitas perkotaan. Peningkatan kebutuhan mobilitas penduduk yang tidak terkontrol akan menimbulkan kemacetan sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Upaya pemerintah untuk mengalakkan transportasi yang lebih berkelanjutan terus dilakukan baik bus berbasis BRT maupun kendaraan tidak bermotor terutama sepeda. Saat ini, sepeda masih sebagai sarana rekreasi dan olahraga ketimbang sebagai moda transportasi yang hanya digunakan oleh 9% mobilitas penduduk. Padahal bersepeda merupakan moda transportasi berkelanjutan yang tidak mengeluarkan emisi karbon, polusi paling minimal dari semua moda, mengurangi kemacetan lalu lintas, mendukung kota lebih layak huni, inklusif, menyehatkan, dan terjangkau. Moda sepeda mulai diperhatikan oleh pemerintah dengan adanya berbagai gerakan dan penyediaan fasilitas pendukung, namun belum memberikan hasil yang optimal. Berbagai fasilitas pendukung tersebut belum membuat masyarakat beralih menggunakan sepeda. Hal ini berakibat juga itu masih meningkatnya angka kecelakaan sepeda dalam tiga bulan terakhir. Maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan ruang bersepeda saat ini dan pandangan masyarakat terhadap bersepeda sebagai moda transportasi. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Models guna menganalisis faktor pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Temuan pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang diakibatkan perbedaan konteks wilayah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bagi bukan pengguna sepeda sedangkan kondisi area terbangun tidak mempengaruhi persepsi masyarakat dan kemauan bersepeda baik bukan pengguna maupun pengguna. Hal ini menunjukkan adanya fasilitas sepeda dan kondisi area terbangun mendukung sepeda tidak dipersepsikan sama oleh masyarakat. Persepsi masyarakat mengenai penggunaan sepeda masih rendah sehingga masyarakat tetap menggunakan kendaraan lain untuk moda transportasi. Oleh karena itu, perlu intervensi secara masif baik melalui fasilitas maupun kebijakan, gerakan, promosi, dan edukasi dalam membentuk persepsi masyarakat terkait kondisi area terbangun serta bahwa bersepeda merupakan moda transportasi yang aman dan nyaman untuk dilakukan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Yogyakarta City was once widely known as the city of bicycles. Along with the development of Yogyakarta City as a center for tourism and education, it resulted in an increasing need for urban mobility. Increasing the need for uncontrolled mobility of the population will lead to congestion, resulting in various social, economic, and environmental problems. The government's efforts to promote more sustainable transportation are continuously taken, both based on BRT and non-motorized vehicles, especially bicycles. Currently, bicycles are still used as a means of recreation and sports rather than as a mode of transportation which is only used by 9% of the people mobility. Even though bicycling is a sustainable mode of transportation that does not emit carbon, the least pollution of all modes, reduces traffic congestion, supports cities that are more livable, inclusive, healthy, and affordable. The government has begun to pay attention to the bicycle mode with various promotion and provision of supporting facilities, but it has not yet given optimal results. These various supporting facilities have not made people switch to using bicycles. In addition, the number of bicycle accidents has continued to increase in the last three months. Then this research is important to do to determine the feasibility of bicycling space at this time and the public's perception of bicycling as a mode of transportation. This study uses the Structural Equation Models method to analyze the influence factors, either directly or indirectly. The findings in this study indicate that there are differences from previous studies due to differences in regional contexts. The results of this study indicate that perception is a factor that influences decisions for non- bicyclist, while the built area condition does not affect public perceptions and the willingness to bicycling both for non-users and users. This shows that the existence of cycles facilities and built area condition to support bicycles are not perception as similiar by the public. Public perception regarding bicycle use is still low resulting in the public still consistently to use other vehicles for transportation modes. Therefore, it is necessary to intervene massively through facilities and policies, action, promotion, and education in establish the public perception about built area condition and that bicycling is a safe and comfortable mode of transportation to be done in Yogyakarta City.

Kata Kunci : Transportasi Berkelanjutan, Kemauan bersepeda, Persepsi, Kondisi Area Terbangun, Structural Equation Models

  1. S1-2021-413492-abstract_(1).pdf  
  2. S1-2021-413492-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-413492-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-413492-title.pdf