Peran Keris pada Masyarakat Jawa Kuno Berdasarkan Prasasti Mataram Kuno Abad IX-X Masehi

PUTU REZA BIMANTARA, Dr. Mimi Savitri, M. A.

2021 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Keris adalah salah satu tinggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang masih dilestarikan hingga kini. Pada masa modern, peran keris sering dikaitkan dengan hal-hal negatif. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kajian keris yang masih minim, sehingga masyarakat menerima segala informasi terkait keris tanpa mempertimbangkan validitasnya. Kondisi tersebut jika dibiarkan akan mengakibatkan disinformasi profil keris sebagai identitas bangsa Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini akan menyusuri kembali sejarah keris untuk mengetahui apa saja peranan keris pada awal diciptakan. Melacak sejarah keris yang paling tua dapat dilakukan melalui relief dan prasasti, atas dasar konteks data yang masih sesuai. Jika dibandingkan, informasi yang terdapat dalam prasasti dapat diinterpretasikan dengan lebih jelas daripada relief, sehingga penelitian ini akan menitikberatkan penelusuran keris melalui prasasti. Prasasti-prasasti tertua yang menyebutkan tentang keris berasal dari kerajaan Mataram Kuno pada abad IX-X M, dimana sejauh ini ditemukan sebanyak 12 buah dari berbagai daerah di Jawa bagian tengah. Prasasti-prasasti tersebut adalah Kayuwungan, Tru I Tpussan II, Humanding, Jurungan, Haliwangbang, Kwak I, Taragal, Taji, Poh, Rukam, Sangsang, dan Lintakan. Masing-masing prasasti memberi perspektif sendiri terkait peranan keris saat upacara Sima. Seluruh prasasti akan dianalisis dan interpretasikan untuk menemukan peranan keris sesuai konteks waktu dan tempat masing-masing prasasti. Peranan yang ditemukan akan dikelompokkan dalam tiga aspek yaitu religi, sosial dan ekonomi. Pengungkapan peranan keris melalui prasasti ini diharapkan dapat menunjang dan memperbaiki kekurangan atau pembiasan informasi keris modern yang kini sering terjadi.

Keris is one of the legacy of the Indonesian nation's ancestors that is still preserved today. In modern times, the role of the keris is often associated with negative things. This is very possible because the keris study is still minimal, so that people receive all information related to the keris without considering its validity. If this condition is ignored, it will result in disinformation of the keris profile as the identity of the Indonesian nation. Based on these problems, this research will trace back the history of the keris to find out what the roles of the keris were originally created. Tracing the history of the oldest keris can be done through reliefs and inscriptions, based on the contextuality of the data that is still appropriate. When compared, the information contained in the inscription can be interpreted more clearly than in the reliefs, so this research will focus on tracing keris through inscriptions. The oldest inscriptions that mention keris come from the ancient Mataram kingdom in the IX-X century AD, where so far 12 have been found from various regions in central Java. The inscriptions are Kayuwungan, Tru I Tpussan II, Humanding, Jurungan, Haliwangbang, Kwak I, Taragal, Taji, Poh, Rukam, Sangsang, and Lintakan. Each inscription provides its own perspective regarding the role of the keris during the Sima ceremony. All inscriptions will be analyzed and interpreted to find the role of the keris according to the context of the time and place of each inscription. The roles found will be divided into three aspects, namely religious, social and economic. It is hoped that the disclosure of the role of the keris through the inscription can support and correct the shortcomings or refraction of modern keris information which is now common.

Kata Kunci : peran, keris, prasasti, Mataram Kuno