Utilisasi Modal Sosial Dalam Meningkatkan Inklusi Keuangan Kasus Kelompok Usaha Mikro Perempuan di Kabupaten Bogor Jawa Barat
AYU SARI WULANDARI, Prof. Muhadjir Darwin, M.P.A. Ph.D; Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono; Dr. Sukamdi
2021 | Disertasi | DOKTOR KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKANPada saat ini hanya kurang lebih 17 persen dari jumlah pengusaha kecil mikro di Indonesia yang memiliki akses pinjaman perbankan, meskipun berbagai kebijakan pemerintah melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mendorong inklusi keuangan, telah dilakukan. Kendala utama bagi pengusaha mikro untuk memperoleh pinjaman bank adalah karena sebagian besar usaha mikro tidak memiliki kecukupan modal ekonomi dan memiliki keterbatasan kualitas modal manusia untuk membangun usaha yang layak dibiayai perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis modal sosial pengusaha mikro, menganalisis hubungannya dengan karakteristik pengusaha mikro, serta menganalisis pengaruh modal sosial terhadap inklusi keuangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan pendekatan sequential explanatory design melalui dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan survei terhadap 360 sampel pengusaha mikro yang merupakan anggota kelompok PT PNM Mekaar di Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Hasil analisis pada tahap pertama ditindaklanjuti dengan tahap kedua yaitu penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil dari penelitian tahap pertama dan kedua dianalisis untuk merumuskan rekomendasi kebijakan perbankan dalam rangka menyempurnakan kebijakan Due Dilligence sederhana yang telah diterbitkan dalam pasal 30 POJK no.19/POJK.03/2014. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas modal sosial anggota kelompok PT PNM Mekaar masuk dalam kelas Sedang, dengan kepercayaan sebagai faktor dominan yang membentuk modal sosial. Faktor yang mempengaruhi modal sosial adalah umur dan pendidikan, namun tidak dipengaruhi oleh faktor durasi keanggotaan. Dari sisi wilayah, tidak ada perbedaan modal sosial, norma, dan jaringan sosial antara di perkotaan dan pedesaan, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara kepercayaan di perkotaan dan pedesaan. Secara statistik hubungan antara modal sosial dengan inklusi keuangan tidak dapat mendukung teori yang ada, kecuali pengaruh komponen norma terhadap peningkatan jumlah pembeli. Namun demikian, pada praktik di lapangan menunjukkan modal sosial terbukti dapat dijadikan jaminan untuk melakukan mitigasi risiko kredit pembiayaan dan dapat menjadi jaminan yang bersifat non konvensional (non-conventional collateral).
Currently less than 17.18% of Indonesia's micro-entrepreneurs (10,889,600 individuals) have received loans. Exacerbating this issue, policies and programs implemented by the government through the Bank of Indonesia (BI) and the Financial Services Authority (OJK) have failed to ensure that banks provide such loans. Majority of micro-entrepreneurs lack the economic and human capital necessary to develop enterprises that banks are willing to fund. This study explores and analyzes the depths of social capital, examines the link between respondents' characteristics and their social capital, and investigates the influence of social capital on respondents' economic situation. This study employs a mixed methods approach, using a sequential explanatory design. During the first phase of research, a structured survey was distributed to 360 respondents, all of whom were members of the PT PNM Mekaar group in Dramaga and Pamijahan Districts in Bogor Regency. During the second phase of research, qualitative analysis was employed to hone these results; this was complemented by in-depth interviews with PT PNM Mekaar officials and selected respondents. The results of the first and second phases were subsequently analyzed, and this analysis provided a basis for recommendations intended to improve the due diligence policy ensconced in Article 30 of Regulation of the Financial Services Authority No. 19/POJK.03/2014. This study finds that the quality of the social capital of the members of PT PNM Mekaar is classified moderate, shaped predominantly by high-beliefs aspect. Respondents age and education level are correlated with their social capital, but not correlated with their membership duration. No differences exist in the social capitals, norms, and networks in rural and urban areas; however, beliefs in these areas do differ significantly. Statistically, findings in the field do not support existing theories on social capital's influence on financial inclusion, but their capability to increase buyer-base are influenced by norms. In practice, it shows that social capital in the Mekaar group is proven to be used as collateral to mitigate Mekaar's financing credit risk and can be a non-conventional collateral in the case of KUR granting for Mekaar members who are ready to next grade.
Kata Kunci : microenterprise, social capital, financial inclusion