Laporkan Masalah

TRAJEKTORI PERANCANG KEBAYA ANNE AVANTIE: STRATEGI MERAIH POSISI PERANCANG KEBAYA RUJUKAN

TAN PAULINA CANDRA A, Prof. Dr. Faruk; Dr. Suzie Handajani

2021 | Disertasi | DOKTOR KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Berbagai kontestasi telah terjadi selama ini. Dunia telah mengalami dan menyaksikan berbagai pergerakan dan perubahan, termasuk perubahanan pada arena kebaya. Anne Avantie adalah perancang kebaya perempuan yang masuk ke arena kebaya dengan memperkenalkan rancangannya yang kontroversial sebab karyanya tersebut menyimpang dari norma-norma kebaya konvensional. Avantie telah berhasil mencapai posisi sebagai rujukan perancang kebaya walaupun dia tidak pernah belajar fashion secara formal dan ditolak oleh perancang arus utama. Merujuk pada fakta tersebut, saya tertarik untuk mengungkapkan apa habitus Avantie dan bagaimana habitus tersebut terbentuk, menganalisis beragam strategi Avantie sebagai perancang kebaya dan mengkaji struktur arena kebaya setelah kehadiran Avantie. Penelitian kualitatif ini menggunakan teori Bourdieu tentang habitus, modal, dan arena untuk menganalisis data yang diperoleh dari Avantie, teman-teman Avantie, peragaan kebaya Avantie di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta, autobiografi dan biografi Avantie, jurnal-jurnal terkait, artikel, dan sejumlah bacaan dari berbagai sumber. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan narasumber, observasi, dan studi pustaka. Penelitian ini menemukan fakta bahwa Avantie dibesarkan dalam keluarga pebisnis. Oleh karena itu, ia mewarisi habitus sebagai pebisnis. Sebagai seorang Tionghoa-Indonesia, dia terbatasi untuk bergerak kecuali di arena bisnis. Kebaya yang ia gubah pada dasarnya adalah busana yang tidak mudah untuk dimodifikasi dan dikomodifikasi sebab kebaya merupakan simbol identitas budaya. Namun, skema berpikir Avantie sebagai seorang wirausaha membuatnya mampu melihat kebaya sebagai komoditas. Penelitian ini juga menemukan Avantie telah diuntungkan dengan latar belakang sosial kulturalnya sebagai seorang yang mengenal budaya Tionghoa dan Indonesia. Penemuan selanjutnya menunjukkan bahwa skema berpikir Avantie mengarahkan cara pandangnya terhadap kebaya dan budaya berkebaya. Dengan memosisikan kebaya sebagai objek komoditas dan mendekatkan arena kebaya dengan arena ekonomi dan bisnis, Avantie berhasil mengubah struktur arena kebaya dan menempatkan dirinya pada posisi sebagai perancang rujukan. Avantie berhasil menempatkan kebaya rancangannya setara dengan produk-produk fashion kelas atas. Kebaya rancangan Avantie kini dikonsumsi konsumen global sehingga merupakan simbol pluralisme tetapi di lain pihak kebaya tersebut mereproduksi hirarki dan kelas.

Different kinds of contestation have happened. The world has experienced and witnessed movement and changes, including the one in the field of kebaya. Anne Avantie is a female kebaya designer who stepped into the field of kebaya by introducing her controversial designs deviating the norms of conventional kebaya. Avantie has successfully climbed up the stairs to achieve a central position although she has never studied in a fashion institution, she has no experience on designing kebaya, and she was rejected by the mainstream kebaya designers. Therefore, it is interesting to find out her habitus and how it is formed, to study her strategies as a kebaya designer, and to analyse the structure of kebaya field after her intervention. By applying Bourdieu's concepts of habitus, capital, and field, this qualitative research incorporates data from Anne Avantie and her friends, Avantie's fashion shows in Jakarta, Surabaya, and Yogyakarta, her autobiography and biography, related journals, articles, and texts from different sources. The data collection was done through interviews, observations, and library research. This study has generated some findings indicating that Avantie was raised in a business-oriented family. Therefore, she gained the habitus as an entrepreneur. As a Chinese-Indonesian, she has limitation to move in many fields, despite the field of business. Meanwhile, kebaya, her business target is an unusual attire which is not easy to be modified and commodified since it is identified as a symbol of cultural identity. Moreover, kebaya is politically legitimized as national costume. It has cultural and political meanings. Avantie's entrepreneurship, however, enables her to see kebaya as an object of business. The research finding also reveals as a Chinese-Indonesian designer, Avantie gains the advantages from her duality. The other finding shows that Avantie's habitus has directed her strategy. Avantie who was once dominated, has overturned her position from peripheral to the central. She has brought kebaya to the global market and placed kebaya as equal as high fashion products. Her kebaya is a sign of pluralism. Yet, it reproduces inequality and class.

Kata Kunci : Kebaya, skema berpikir, arena/kebaya, habitus, field

  1. S3-2021-407998-abstract.pdf  
  2. S3-2021-407998-bibliography.pdf  
  3. S3-2021-407998-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-407998-title.pdf