Persepsi Pengguna Instagram Terhadap Kehangatan dan Kompetensi Influencers Berdasarkan Identitas Agama, Kebutuhan akan Kognisi, dan Pengalaman Kontak Antarkelompok
FAKHIRAH I, Yopina Galih Pertiwi, S.Psi., M.A., Ph.D
2021 | Tesis | MAGISTER PSIKOLOGISocial Media Influencers (SMI) menjadi pemimpin opini baru yang menggerakkan banyak pengikutnya. Namun, mengapa orang memustukan untuk mengikuti influencers? Stereotype Content Model (SCM) menjelaskan bahwa seseorang/kelompok akan mengevaluasi kelompok lain pertama kali pada dimensi kompetensi dan kehangatan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji peran identitas agama influencers terhadap persepsi akan kompetensi (competence) dan kehangatan (warmth) para pengguna media sosial terhadap influencers (H1), serta menguji peran kebutuhan akan kognisi (need for cognition) dan kontak antarkelompok pada hubungan tersebut (H2 & H3). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental between subject design dengan 3 kelompok eksperimen (Islam, Kristen, Netral) menggunakan stimulus gambar. Hasil uji MANOVA menunjukkan bahwa ada pengaruh identitas agama (Islam, Kristen, Netral) terhadap persepsi akan kompetensi dan kehangatan. Selain itu, influencers beragama Islam dipandang sebagai sosok yang paling hangat dan kompeten dibandingkan dengan influencer beridentitaskan Kristen dan Netral. Kemudian, influencers yang menampakkan identitas agama dipandang lebih hangat dibandingkan influencers yang tidak menampakkan identitas agama. Pada hipotesis kedua dan ketiga, uji moderasi berganda membuktikan tidak didapatkan peranan kebutuhan akan kognisi dan kontak antarkelompok pada hubungan identitas agama terhadap persepsi akan kompetisi dan kehangatan
Social Media Influencers (SMI) are becoming the new opinion leaders who mobilize many of their followers. However, why would people want to follow influencers? Stereotype Content Model (SCM) postulates that people are making sense of individuals or groups based on two big dimensions called perceived warmth and competence. Thus, the main purpose of this study is to examine the social media users' perceptions of competence and warmth toward influencers' religious identity (H1), as well as to examine the double moderation role of need for cognition, and inter-group contact in this relationship (H2 & H3). The experimental research was conducted by using a between-subject design with 3 experimental groups (Muslim, Christian, and Neutral). The MANOVA test showed that the religious identity (Islam, Christianity, and Neutral) of influencers significantly influences the perceptions of social media users. Besides, Muslim influencers are seen as the warmest and most competent figures compared to influencers with Christian and Neutral identities. Then, influencers who show their religious identity are seen as warmer than influencer who doesn't show their religious identity. Lastly, the multiple moderation tests prove an insignificant role of the need for cognition and intergroup contact in the relationship of religious identity toward perceived warmth and competence
Kata Kunci : stereotype content model, influencer, identitas agama, need for cognition, kontak antarkelompok