Representasi Maskulinitas Perempuan dalam Manga Yuri Still Sick
RIZKI MAULANA A, Dr. Ardian Indro Yuwono, S.IP., M.A.
2021 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASITersebutlah genre yuri dalam dunia manga dan anime yang merepresentasikan kaum lesbian dan perempuan Jepang di tengah-tengah masyarakat yang heteronormatif dan berideologi kapitalis patriarki yang androsentris. Dalam struktur yang mengacu pada Konfusianisme, perempuan secara tradisional dibebankan peran feminim sebagai pengurus domestik dan pendukung laki-laki salaryman yang menjadi pusat ideologi. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, genre yuri memperlihatkan karakter-karakter perempuan yang memiliki berbagai macam nilai hingga peran maskulin sehingga membuat mereka nampak setara dengan laki-laki selagi memberikan bumbu pada hubungan homoseksual perempuan. Dengan analisis semiotika Roland Barthes, penelitian ini membedah bagaimana representasi maskulinitas perempuan serta lesbian di Jepang dalam manga Still Sick (Akashi, 2018) dengan melihat ketujuh ciri maskulinitas Janet Chafetz dalam karakter perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat hal utama dalam representasi maskulinitas perempuan dalam genre yuri. Pertama, genre yuri merekonstruksi cerita girls love serta maskulinitas dalam manga dan anime. Kedua, ikigai hybrid perempuan yang seimbang antara maskulin (fokus pada pekerjaan) dan feminim (berorientasi pada keluarga) menjadi kritik pada ikigai maskulin. Ketiga, representasi betapa sulitnya menjadi lesbian di Jepang kemudian menjadi kritik pada masyarakat Jepang yang heteronormatif dan patriarki. Keempat, meskipun hubungan keduanya sehat, tetap terjadi negosiasi pembagian kuasa dalam hubungan lesbian yang berdasarkan gender. Meski kemudian cenderung heteronormatif, hubungan antarperempuan dalam Still Sick dicitrakan sebagai hubungan yang dinamis, balance-unbalance, kental akan ren-ai, aktualisasi diri, serta kejujuran.
Yuri genre of anime and manga shows representations of Japanese women and lesbians in the middle of heteronormative society that glorifies the androcentric capitalistic patriarchy ideology. While the Confucianism that has been shaping the structure of Japanese society tend to assign women to adopt their feminine role as domestic manager while supporting their salaryman husbands who act as the axis of its ideology, but the same rule is not usually applied on yuri. Yuri shows female characters who adopt masculine values and roles so that they are shown on par with men while giving some taste in a same-sex female relationship. Semiology of Roland Barthes is used by researcher to analyze the representation of Japanese female masculinity and lesbians with seven traits of masculinity of Janet Chafetz as the base of masculinity traits in the Still Sick manga (Akashi, 2018). There are four main results from this research. First, yuri genre reconstruct the girls love genre and the masculinity values of whole manga and anime world. Second, women have hybrid ikigai that acts as critics towards the masculine ikigai by assimilating masculine (work-oriented) and feminine (family oriented) ikigai. Third, the representation of lesbians struggling life in Japan plays as critics towards the heteronormative and patriarchy society. Fourth, researcher finds that eventhough the main pair has a healthy relationship, there is a negotiation over power division between the lesbian pair based on gender. Even though the same-female relationship in Still Sick is shown heteronormative, it shows an dynamic relationship, balance-unbalance, full of ren-ai, self-actualization, and honesty.
Kata Kunci : Representasi, maskulinitas perempuan, Jepang, manga dan anime, genre yuri, semiotika