Stigma dan Social Distrust di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta)
VINCAMIRA TASHA FLORIKA, Dr. Pande Made Kutanegara
2021 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYAHadirnya pandemi Covid-19 telah membawa persoalan multi-kompleks dalam masyarakat. Gagalnya penanganan krisis menghadapkan masyarakat desa pada persoalan sosial. Komunitas masyarakat yang seharusnya mampu menjadi modal sosial dalam mengatasi beragam persoalan, hilang dengan munculnya stigma dan social distrust. Tulisan ini lebih lanjut ingin menggali lebih mendalam dengan berangkat pada studi kasus yang terjadi di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul Yogyakarta dengan melihat pada 3 hal: Pertama, bagaimana masyarakat desa hidup di masa Covid-19 dan merespon Covid-19? Kedua, bagaimana bentuk stigma dan social distrust dalam masyarakat desa? dan ketiga, mengapa stigma dan social distrust muncul pada masyarakat desa?. Tulisan ini bersandar pada sejumlah asumsi, bahwa hadirnya stigma dan social distrust yang terjadi pada masyarakat desa disebabkan oleh gagalnya penanganan Covid-19. Kegagalan yang terjadi kemudian menimbulkan adanya stigma dan social distrust dan menggiring masyarakat pada ancaman kerentanan. Penelitian ini pada awalnya menggunakan metode observasi minim dan wawancara. Namun, keterbatasan penelitian yang dilakukan di masa pandemi membuat penelitian ini lebih mengarah pada wawancara secara daring dengan memanfaatkan WA dan telepon. Sejumlah konsep dan teori digunakan untuk melihat cara pandang fenomena ini, di antaranya adalah: teori krisis, liminalitas dan kerentanan, teori stigma serta teori social distrust yang menjadi dasar dari pengumpulan data dan analisa data. Hasil dari penelitian ini, di temukan bahwa munculnya stigma dalam bentuk separation, discrimination dan labelling serta social distrust berupa perasaan interpersonal, separasi jangka panjang dan enhanced labelling disebabkan oleh kegagalan penanganan Covid-19 dengan minimnya peran negara, pembingkaian media, lembaga masyarakat serta caring community. Pada akhirnya, hadirnya stigma dan social distrust di masyarakat memperburuk situasi krisis dan membawa masyarakat pada ancaman kerentanan.
The presence of the Covid-19 pandemic has brought about multi-complex problems in society. The failure to handle the crisis exposing rural communities to social problems. Communities that should be able to become social capital overcome various problems, are lost with social stigma and distrust. This paper would like to further increase the depth by departing on a case study that occurred in Sitimulyo Village, Piyungan, Bantul Yogyakarta by looking at 3 things: First, how do village people live in dynamism with Covid-19? Second, what is the form of social stigma and distrust in rural communities? and third, why do social stigma and distrust arise in rural communities? This paper rests on a number of assumptions, that the presence of social stigma and distrust that occurs in society is caused by the failure to handle Covid-19. The failures that followed gave rise to social stigma and distrust and led the community to social vulnerability. This research initially used observation and interview methods. However, the limitations of the research carried out during the outbreak made this study more focused on online interviews using WA and telephone. The concepts and theories used to see the perspective of this phenomenon include; crisis theory, liminality and vulnerability, stigma theory, and social distrust theory which form the basis of data and data analysis. The results of this study found that errors in the form of separation, discrimination and labeling, as well as social distrust in the form of interpersonal feelings, long-term separation and increased labeling were caused by the failure to handle Covid-19 with the minimal role of the state, framing the media, community institutions and caring communities. In the end, the presence of social stigma and distrust in society exacerbates the crisis situation and threatens the community to social vulnerability.
Kata Kunci : Covid-19, krisis, stigma, social distrust, masyarakat desa