Laporkan Masalah

Transformasi Spasial Wilayah Pinggiran Kota dan Kesesuaian Terhadap Pola Ruang Kawasan Lindung di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang

EDWIN SURYO PRAYOGO, Dr. Djaka Marwasta, S.Si., M.Si.

2021 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGAN

Fenomena urbanisasi menjadi isu penting global dalam pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang pesat di dunia. Kebutuhan lahan perkotaan yang meningkat tajam akibat bertambahnya penduduk perkotaan dihadapkan dengan keterbatasan ketersediaan sumberdaya lahan. Kondisi ketidakseimbangan ini mendorong perkembangan spasial perkotaan ke arah luar zona perkotaan inti, salah satunya wilayah pinggiran kota. Perkembangan spasial memicu timbulnya transformasi spasial wilayah menjadi kenampakan perkotaan. Kecamatan Banyumanik merupakan salah satu wilayah pinggiran Kota Semarang yang mengalami transformasi dalam kurun waktu terakhir. Meskipun mengindikasikan adanya dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, transformasi perkotaan ini berpotensi menimbulkan efek desakan terhadap kawasan lindung di Kecamatan Banyumanik dan berujung pada inkonsistensi pola ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola persebaran tingkat transformasi spasial perkotaan di Kecamatan Banyumanik dan bagaimana kesesuian pola ruangnya di setiap wilayah tingkat transformasi spasial. Jenis penelitian yang diaplikasikan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan statistik deskriptif. Teknik pengolahan data menggunakan metode skoring dan kategorisasi data untuk memperoleh tingkatan transformasi setiap kelurahan. Teknik overlay diimplementasikan untuk mengetahui penyimpangan pola ruang. Hasilnya, Kecamatan Banyumanik terdapat tiga tingkat transformasi spasial yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat transformasi spasial tinggi cenderung tersebar di sisi utara dimana lokasi tersebut memiliki tingkat aksesibilitas tinggi, seperti Kelurahan Ngesrep, Kelurahan Tinjomoyo, dan Kelurahan Pedalangan. Penelitian ini menemukan persentase inkonsistensi pola ruang tertinggi terdapat pada wilayah dengan tingkat transformasi tinggi sebesar 28,73 %. Proporsi inkonsistensi lebih kecil ditemukan pada wilayah tingkat transformasi spasial lebih rendah. Pola grafik menunjukan jika persentase inkonsistensi pemanfaatan ruang akan menurun seiring terjadi penurunan tingkatan transformasi spasial.

Urbanization is a globally crucial issue nowadays because of its impact on rapidly urban population growth. As a consequence, urban land requirement increased significantly which is inversely proportional to the availability of land resources. This matter causes centrifugal movement to urban spatial growth that outskirt is the affected area. The other hand, urban spatial growth inflicts spatial characteristics transformed into urban features. Banyumanik sub-district is one of the peri urban regions of Semarang City that have undergone the urban spatial transformation in the last period. The urban spatial transformation reveals a signal that the regional economic growth has a positive trend. However, spatial transformation is potentially threatening the environmental stability and degradation, one of which is the inconsistency of space utilization. This research is aimed to explain the pattern of urban spatial transformation and clarify its correlation to the space utilization consistency. The quantitative method is applied with a descriptive statistics approach. The data processing is utilizing scoring technique and data categorization to obtain transformation levels in each village. The overlay technique on GIS software is applied to spatial data to find out the space deviations. The application of mathematical logic formulas is carried out to determine the suitability of space. The result is that Banyumanik Sub-District divided into three transformation levels, viz. high-transformation, moderate-transformation, and low-transformation. The village which has high-transformation tends to be scattered in the north-side area, among them, i.e. Ngesrep Village, Tinjomoyo Village, and Pedalangan Village. These location is the most-accessible area from the downtown of Semarang and another cities in Java. The finding of this research showed that 28,73 % of the high-spatial transformation area isn't appropriate to the spatial plan of Semarang City. Based on the graphic pattern of spatial suitability, the percentage of inconsistency of space utilization will be decreased if the transformation level is getting lower.

Kata Kunci : Transformasi,Perkotaan,Kesesuaian Tata Ruang,Lingkungan,Sumberdaya

  1. S1-2021-397438-abstract.pdf  
  2. S1-2021-397438-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-397438-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-397438-title.pdf