EKSISTENSI JAMU SEBAGAI PILIHAN PERAWATAN KESEHATAN TRADISIONAL DI TENGAH MODERNISASI DUNIA MEDIS (STUDI KASUS PENJUAL JAMU DI TIGA PASAR TRADISIONAL, KOTA YOGYAKARTA)
I GST BGS ARYA PUTRA, Dr. Atik Triratnawati, M.A.
2020 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGIPemanfaatan tanaman dalam bidang kesehatan sesungguhnya sudah seumur dengan peradaban manusia. Hal ini terlihat pada jamu sebagai pilihan perawatan kesehatan yang masih diminati sampai saat ini. Beberapa pihak tidak jarang memandang medis modern Barat sebagai pusat, sedangkan medis tradisional (jamu) di pasar tradisional sebagai pinggiran. Jamu di pasar tradisional tidak sepenuhnya berada dan dipandang sebagai pinggiran. Jamu yang selama ini sering diidentikan minuman berkhasiat bagi kelas menengah ke bawah, namun hal ini tidak berlaku bagi jamu di pasar tradisional, Kota Yogyakarta. Berbagai latar belakang seperti konsumen dari etnis non-Jawa juga menjadi penikmat jamu ini. Di tengah gempuran medis modern Barat yang semakin maju dan mendominasi, pilihan perawatan kesehatan tradisional melalui jamu masih diminati di Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan alasan masih dipilihnya jamu Jawa sebagai pilihan perawatan kesehatan oleh konsumen, dan memperoleh pemahaman terkait keputusan dari konsumen etnis non-Jawa dalam memengaruhi pilihan untuk mengonsumsi jamu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi yang termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di tiga pasar tradisional di Kota Yogyakarta, yakni Pasar Kranggan, Pasar Demangan, dan Pasar Prawirotaman. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Juni 2020 sampai Oktober 2020. Adapun informan kunci dalam penelitian ada tiga orang, yang merupakan penjual jamu di masing-masing pasar. Selain itu, terdapat pula lima informan lainnya yang merupakan konsumen jamu dari etnis non-Jawa dan anak dari salah satu penjual jamu. Jenis data yang dipakai adalah data kualitatif, sedangkan sumber data yang digunakan, yakni sumber data primer (observasi dan wawancara) dan sumber data sekunder (kajian pustaka). Analisis data dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data catatan lapangan dan hasil kajian pustaka, selanjutnya menyusun kode dan catatan mengenai berbagai hal yang berisi gagasan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui di lapangan, terakhir peneliti menyusun rancangan konsep serta penjelasan berkaitan dengan tema dan pola data yang bersangkutan. Eksistensi jamu sebagai pilihan perawatan kesehatan tradisional tidak dapat terlepas dari sosok penjual jamu dan keberadaan konsumen jamu. Ada lima faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dari etnis non-Jawa untuk mengonsumsi jamu, yaitu faktor keyakinan seorang konsumen terhadap penjual jamu, faktor kedekatan terhadap penjual jamu, faktor tradisi nenek moyang, faktor biaya, dan faktor rasa ingin tahu. Selain itu, juga didukung dari adanya konsep hidup kembali ke alam (back to nature). Jamu yang dipandang pinggiran bagi beberapa pihak, sesungguhnya menjadi pilihan bagi pihak tertentu. Jamu sebagai pusat dan pinggiran sangat tergantung dari sudut pandang yang digunakan untuk melihatnya. Pilihan terhadap jamu pada dasarnya merupakan keyakinan dari diri konsumen dan kesiapan untuk mengubah perilaku dalam menentukan pilihan perawatan kesehatan.
The utilization of plants in the health sector has actually been as long as human civilization. This can be seen in jamu (herbal medicine) as a health care option, which is still in great demand at this time. Some people often view modern Western medicine as the center, while traditional medicine (jamu) in traditional markets is the edge. Jamu in traditional markets is not fully located and viewed as a edge. So far, jamu is often identified as a nutritious drink for the lower middle class, but this does not apply to jamu in traditional markets, Yogyakarta City. The community with various backgrounds such as non-Javanese also consume jamu. Amid the increasingly advanced Western medicine that are increasingly dominating, the choice of traditional health care through jamu is still in demand in Yogyakarta City. Therefore, the purpose of this study is to find the reasons why the Javanese jamu is still chosen as a health care option by consumers in Yogyakarta City and to obtain an understanding of the rational choices that influence non-Javanese to consume jamu. This study uses ethnographic research methods which are included in qualitative research. This study was conducted in three traditional markets in Yogyakarta City, namely Kranggan Market, Demangan Market, and Prawirotaman Market. This study took place from June 2020 to October 2020. The key informants in the study were three people, who were sellers of jamu in each market. In addition, there were also five other informants who are consumers of jamu from non-Javanese ethnicities and children of one of the jamu sellers. The type of data used is qualitative data, while the data sources used are primary data (observation and interviews) and secondary data (literature review). The data analysis used was from field data collected by the researcher and data from the results of literature studies. Then the researcher compiles codes and notes on various things that lead to theorization related to the data found in the field. Lastly, the researcher compiles a conceptual design, as well as an explanation related to the theme and pattern of the data concerned. The existence of jamu as a choice of traditional health care cannot be separated from the figure of the jamu seller and the existence of jamu consumers. There are five factors that influence the decision of consumers from non-Javanese ethnicity to consume jamu, namely the factor of a consumer's belief in the jamu seller, the consumer's closeness to the jamu seller, the factor of ancestral traditions, the cost factor, and the curiosity factor. In addition, it is also supported by the concept of living back to nature (back to nature). For some people, jamu is considered an option for certain people. Jamu as the center and the edge really depends on the point of view used to see it. Basically, the choice of jamu is a consumer's self-belief, as well as a readiness to change behavior in determining health care options.
Kata Kunci : eksistensi, jamu, Jawa, pasar tradisional, perempuan.