Laporkan Masalah

PELESTARIAN POHON BERNILAI FILOSOFIS DI SUMBU FILOSOFI YOGYAKARTA

AULIASAFIR YENA CHATLEYA, Dr. Ir. Lies Rahayu Wijayanti Faida, M. P.; Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.

2020 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Pelestarian Pohon Bernilai Filosofis di Sumbu Filosofi Yogyakarta Oleh: Auliasafir Yena Chatleya INTISARI Keistimewaan tata ruang Yogyakarta adalah adanya konsep sumbu filosofiyang dimulai dari Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-dan Tugu Pal Putih yang menganut konsep Sangkan Paraning Dumadi, filosofi perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal. Di sepanjang sumbu filosofi tersebut baik komponen bangunan, pola ruang, dan spesies pohon menggambarkan makna konsep tersebut. Jenis pohon tersebut diketahui dari Serat Salokapatra, naskah kuno kraton. Tumbuhan tersebut ditanam atas kehendak raja dengan penempatan dan jumlah tertentu. Pohon bernilai filosofis (PBF) berjumlah 19 jenis. Pertumbuhan kota Yogyakarta yang ditandai dengan adanya pembangunan kota menyebabkan terganggunya ekosistem dalam menyediakan jasa lingkungannya. Selain itu juga diperburuk dengan adanya perubahan iklim dan fenomena urban heat island (UHI).Terlebih lagi keadaan masyarakat yang semakin menurun kepeduliannya terhadap budaya sendiri. Keberadaan pelestarian PBF sebagai bagian dari infrastruktur hijau perkotaan sepatutnya mendapat manajemen pengelolaan yang tepat. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pelestarian PBF yang dilakukan oleh pihak kraton dan pemerintah. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan abdi dalem kraton beserta usaha pelestarian yang dilakukan. Model penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang termasuk kedalam penelitian kualitatif. Pengambilan data dilakukan dari bulan Januari-Juli 2020. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan purposive sampling digunakan untuk informan dari kraton yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan snowball sampling digunakan untuk informan dari pemerintah yang berjumlah 4 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Pelestarian PBF di jalur Sumbu Filosofi Yogyakarta (SFY) tidak didukung oleh kepeduliaan para abdi dalem, meskipun mereka memiliki pengetahuan tentang PBF tinggi, namun pemaknaan terhadap nilai pohon filosofisnya rendah, demikian pula motivasinya rendah untuk melestarikan PBF. Upaya pelestarian yang dilakukan, baik oleh pihak kraton maupun pemerintah dapat menjamin kelestarian. Namun hanya terbatas pada aspek pemeliharaannya saja. Upaya pemerintah dalam pelestarian PBF dinilai lebih baik karena di sepanjang SFY yang menjadi wilayah pengelolaannya dilestarikan kembali dengan penanaman PBF yang sesuai serta pemeliharaan yang konsisten dan menyeluruh.

Preservation of Tree Philosophy in Yogyakarta Philosphycal Axis Auliasafir Yena Chatleya1 ABSTRACT The specialty of Yogyakarta's spatial layout is the concept of a philosophical axis starting from the Panggung Krapyak-Yogyakarta Palace and Tugu Pal Putih which embraces the concept of Sangkan Paraning Dumadi, which can be defined as the philosophy of human life journey from birth to death. Along this philosophical axis, the building components, the spatial pattern and the tree species illustrate the overall meaning of the concept. This type of tree is derived from Serat Salokapatra, an ancient palace manuscript. As per instruction from the King's will, several plants are planted with a certain placement and quantity, namely 19 (nineteen) types of tree philosophy. The growth of Yogyakarta City which is marked by the development of the urban area causes disruption of the ecosystem in providing its environmental services. In addition, it is also exacerbated by factors such as climate change, urban heat island phenomenon and decreasing level of public towards own culture. The existence of tree philosophy preservation as part of urban green infrastructure should be properly managed. Therefore, the purpose of this research is to explore tree philosophhy preservation efforts made mutually by the Yogyakarta Palace and the government. This study also aims to determine royal servants' level of knowledge as well as their efforts to preserve. The method applied is case study method, qualitative research. Data collection was carried out from January until July 2020. The data gained by conducting interview and documentation study. There are 20 interviewees from kraton in this study which carried out using purposive sampling technique. There are 4 interviewees from government in this study which carried out using snowball sampling technique. Furthermore, the data analysis was carried out in a descriptive qualitative manner. Despite the abdi dalem are knowledgeable about tree philosophy, turns out that the preservation of tree philosphy in the path of the Yogyakarta Philosophical Axis is not fully supported. The understanding of the philosophical tree value and meaning is low and they are less motivated to preserve tree philosphy. Conservation efforts made by both the palace and the government can guarantee sustainability. However, it is only limited to the maintenance aspect. The government's efforts in preserving tree philosophy Yogyakarta Philosophical Axis are considered to be significantly better because it is preserved again by planting the appropriate TWP with consistent and comprehensive maintenance.

Kata Kunci : pelestarian pohon, pohon bernilai filosofi, ruang terbuka hijau

  1. S1-2020-367881-Abstract.pdf  
  2. S1-2020-367881-Bibliography.pdf  
  3. S1-2020-367881-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-367881-Title.pdf