Laporkan Masalah

SETERU KASTA DALAM DIRI Studi Life History Agensi Perempuan Hindu Triwangsa dalam Menegosiasikan Pernikahan Turun Kasta (Nyerod) di Bali

COKORDA ISTRI M P S, Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc.

2020 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Nyerod adalah istilah bagi perempuan kelas Triwangsa di Bali yang menikah dengan laki-laki yang berwangsa di bawahnya, atau dikenal dengan menikah turun kasta. Menikah Nyerod diwacanakan sebagai hal tabu di kalangan Triwangsa dan memiliki sanksi sosial yang diturunkan sejak masa kerajaan di Bali abad ke-14. Meski begitu praktik Nyerod oleh perempuan Triwangsa mengalami perkembangan dalam bentuk negosiasi struktur Triwangsa yang berujung pada pembebasan wacana perempuan Nyerod. Dengan menempatkan perempuan Triwangsa sebagai subyek, studi tentang Nyerod dalam penelitian ini menelaah linimasa kehidupan perempuan Triwangsa sebelum hingga sesudah menikah Nyerod. Refleksi konsep Habitus, Ranah, Kapital dari Pierre Bourdieu serta Agency dari Saba Mahmood dalam studi ini menghadapkan pembaca pada analisa pemaknaan Nyerod oleh perempuan Triwangsa lintas generasi dan pengalaman agensi perempuan Triwangsa menegosiasikan pernikahan Nyerod dengan keluarga serta struktur agama Hindu di Bali. Analisa pemaknaan dan agensi perempuan terhadap kondisi Nyerod di penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan makna Nyerod dan relevansinya dengan perubahan zaman, identifikasi habitus yang dilembagakan di struktur keluarga Triwangsa, dan pola agensi serta bentuk negosiasi yang menjadi pendorong perempuan Triwangsa melakukan Nyerod sekaligus pemertahanan diri setelah Nyerod. Dengan menggunakan metode kualitatif life history dan pengumpulan data lewat multi-sided fieldwork, penelitian ini mewawancarai tiga perempuan Triwangsa (Brahmana, Ksatrya, dan Wesya) di Bali. Proses analisa penelitian menggunakan teknik following life biography dan following the story dimana pengalaman empiris peneliti dengan narasumber menjadi bagian dari data penelitian dalam merefleksikan data-data temuan. Penelitian ini menghasilkan dua layer temuan empiris. Pada level makro-meso perempuan Triwangsa di tiap generasi menginternalisasi nilai-nilai eksternal berupa habituasi di struktur keluarga dan akumulasi pengetahuan lewat pendidikan-teknologi tentang Nyerod yang menumbuhkan Love Capital menikah Nyerod dengan laki-laki wangsa Jaba. Sedangkan pada level mikro perempuan dalam interseksionalitas kehidupannya melakukan agensi dalam wujud kepatuhan (diam) dan menegosiasikan nilai habituasi di dalam struktur keluarga, agama dan budaya Bali baik sebelum ia menikah Nyerod hingga ketika bertahan hidup setelah menikah Nyerod.

Nyerod is a term commonly used to describe Triwangsa women in Bali who are married to men who belong in lower caste. Nyerod is perceived as taboo among Triwangsa and results in social sanctions to those who commit such practice, which has been implemented during the time of Balinese monarchy ever since the fourteenth century. Although so, the practice of Nyerod within Triwangsa women has developed in its negotiation of Triwangsa structures, which led to the discourse in the liberation of women. Placing Triwangsa women as the primary subjects of the study, this study discusses the timeline of Triwangsa women before and after Nyerod. The reflections of Habitus, realm, capital from Pierre Bourdieu and Agency from Saba Mahmood used in this study places the reader to analyze the meaning of Nyerod in Triwangsa women across generations and women’s agency in Triwangsa women who negotiated Nyerod with families as well as the religious structure of Hindu in Bali. The analysis of meaning and women’s agency towards Nyerod in this study intends to examine the development in the meaning of Nyerod and its relevancy with the changing times, identification of the habitus institutionalized in the Triwangsa family structure, and the agency pattern and forms of negotiation that motivate Triwangsa women to practice Nyerod as well as how to defend oneself after Nyerod. Employing qualitative methods of life history and gathering data through the use of multi-sided fieldwork, this study interviewed three Triwangsa women (involving women who belong in castes of Brahmana, Ksatrya, and Wesya) in Bali. This study resulted in two layers of empirical findings. In macro-meso level of Triwangsa women, every generation has been ingrained with the external values of habituation in family structures and accumulation of knowledge through education and technology regarding Nyerod, which culminated Love Capital through Nyerod with men who belong in wangsa Jaba. While on the micro-level, women take role of intersectionality through agency by compliance and negotiation of the habituated values in family structures, religion, and Balinese cultures before conducting Nyerod and after Nyerod.

Kata Kunci : Pernikahan Nyerod, Perempuan Triwangsa, Habitus, Agensi, Life History

  1. S1-2020-399447-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399447-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399447-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399447-title.pdf