Laporkan Masalah

Meredupnya Perlawanan di Tengah Maraknya Pembangunan Studi Kasus: Gerakan Warga Berdaya Kota Yogyakarta

NADYA FAUSTADRIZA H, Azifah Retno Astrina, M.Ps.

2020 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Penelitian ini dimulai dengan mempertanyakan mengapa eksistensi Gerakan Warga Berdaya mulai meredup di tengah semakin maraknya pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. Di tengah semakin maraknya pembangunan hotel di Kota Yogyakarta, Gerakan Warga Berdaya yang secara spontan terbentuk, hadir untuk mengakomodasi keresahan warga Kota Yogyakarta atas keringnya beberapa sumur warga akibat pembangunan hotel dengan melakukan advokasi dalam bentuk diskusi, serta aksi-aksi yang tentunya dilakukan bersama-sama oleh masyarakat dan gerakan. Kemudian Gerakan Warga Berdaya menjadi menarik untuk dibahas ketika mereka ternyata sudah tidak lagi eksis sedangkan di sisi lain pembangunan hotel di Kota Yogyakarta tidak berhenti. Dengan menggunakan teori gerakan sosial, penulis akan berfokus pada tahap penurunan (decline) dalam sebuah siklus dari gerakan sosial yang diusung oleh Macionis dalam Sukmana (2016), untuk kemudian melihat hal-hal apa saja yang menjadi penyebab Gerakan Warga Berdaya kehilangan eksistensinya. Hasil penelitian menunjukkan jika banyak faktor telah memengaruhi redupnya Gerakan Warga Berdaya, namun sayangnya, Warga Berdaya ini sendiri sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan sosial. Hal ini dikarenakan karakteristik sebuah gerakan tidak sesuai dengan yang dimiliki oleh Warga Berdaya, dan pengorganisasian hingga daya tahan yang dimiliki oleh Warga Berdaya sendiri lebih merujuk pada perilaku kolektif. Di mana perilaku kolektif sendiri pada dasarnya terbentuk secara spontan, tidak terstruktur, dan tidak memiliki pemimpin, yang mana sesuai dengan yang ada di dalam tubuh Warga Berdaya.

This research began by questioning why the existence of Warga Berdaya Movement began to dim amid the increasing construction of hotels in Yogyakarta City. In the midst of the increasing construction of hotels in Yogyakarta City, Warga Berdaya Movement which spontaneously formed, was present to accommodate the unrest of the people of Yogyakarta over the damage to the environment due to the construction of the hotel by advocating in the form of discussions, as well as actions that are certainly carried out together. Then Warga Berdaya Movement became interesting to discuss when they turned out to no longer exist while on the other hand the construction of hotels in Yogyakarta City did not stop. Using the theory of social movement, the authors will focus on the decline stage in a cycle of social movements driven by Macionis in Sukmana (2016), to then see what causes Warga Berdaya Movement to lose its existence. The results showed that many factors have influenced the dimming of Warga Berdaya Movement, but unfortunately, Warga Berdaya cannot actually be said to be a social movement. This is because the characteristics of a movement do not match those of Warga Berdaya, and the organizing to endurance owned by Warga Berdaya itself refers more to collective behavior. Where collective behavior itself is essentially formed spontaneously, unstructured, and leaderless, which corresponds to what is in Warga Berdaya.

Kata Kunci : Warga Berdaya, Tahap Penurunan

  1. S1-2020-399429-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399429-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399429-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399429-title.pdf