Saluran dan Sumber Informasi Pemasaran Sapi Bali di Provinsi Bali
NI MADE ARI KUSUMA D, Dr. Ir. Suci Paramitasari Syahlani, M.M., IPM.; Ir. Fransiskus Trisakti Haryadi, M.Si., Ph.D., IPM.
2020 | Tesis | MAGISTER ILMU PETERNAKANPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, menghitung margin pemasaran peternak, mendeskripsikan karakteristik personal dan situasional peternak, mengidentifikasi risiko peternak berdasarkan pilihan saluran pemasaran, dan mengidentifikasi sumber informasi peternak sapi potong di Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview dan observasi. Responden peternak berjumlah 33 orang ditentukan menggunakan metode quota dan purposive sampling dan belantik berjumlah 19 orang ditentukan menggunakan metode snowball sampling pada delapan kabupaten dan satu kotamadya di Provinsi Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran sapi potong di Provinsi Bali didominasi 66,67% oleh pemasaran tidak langsung dan 33,33% pemasaran langsung. Hasil identifikasi karakteristik personal dan situasional menunjukkan bahwa peternak didominasi gender laki-laki, usia produktif, rata-rata lama waktu menempuh pendidikan formal di atas 6 tahun, telah memiliki pengalaman lebih dari 27 tahun, dan motif usaha beternak adalah sebagai tambahan penghasilan. Jumlah rata-rata ternak yang dipelihara yaitu 2,72 UT oleh peternak yang memilih saluran pemasaran langsung dan 3,05 UT oleh peternak yang memilih saluran pemasaran tidak langsung, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh peternak di kedua saluran pemasaran adalah 4 orang. Nilai gross margin pemasaran hanya dimiliki oleh peternak yang memilih saluran pemasaran tidak langsung sebesar Rp.1.715.771,60 per ekor. Peternak yang memilih saluran pemasaran langsung tidak mempertimbangkan risiko, sedangkan peternak yang memilih saluran pemasaran tidak langsung sebagian besar mempertimbangkan risiko produksi (54,55%) dan risiko finansial (59,09%). Informasi peternakan yang tersedia di Provinsi Bali didominasi oleh sumber informasi personal (70,69%) pada saluran pemasaran langsung dan (66,67%) pada saluran pemasaran tidak langsung. Sumber informasi utama peternak yang memilih saluran pemasaran langsung yaitu pembeli (25,86%), sedangkan preferensi peternak menunjukkan anggota keluarga adalah sumber informasi yang lebih memotivasi (27,27%) dan mudah dipahami (33,33%), serta informasi dari penyuluh lebih mudah diterima (40,00%) dan paling disukai (38,46%). Peternak yang memilih saluran pemasaran tidak langsung memiliki informan terbesar yaitu anggota keluarga (20,29%) dan dipersepsikan juga sebagai sumber informasi yang paling disukai (28,57%), memotivasi (38,10%), mudah diterima (33,33%), dan dipahami (33,33%) oleh peternak. Sumber informasi impersonal yang paling banyak diterima peternak yaitu TV sebanyak 6,90% dan 8,70%; paling disukai 7,69% dan 10,71%; memotivasi 9,09% dan 14,29%; mudah diterima 10,00% dan 14,29%; serta mudah dipahami 14,29% dan 11,11% masing-masing pada saluran pemasaran langsung dan tidak langsung. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemasaran sapi potong di Provinsi Bali masih didominasi oleh pemasaran tidak langsung dengan nilai gross margin yang tinggi dan risiko yang dipertimbangkan, serta mayoritas informasi peternakan yang tersedia untuk peternak sapi potong di Provinsi Bali adalah sumber informasi personal. Strategi yang perlu untuk dilakukan untuk mengurangi jumlah peternak yang memilih saluran pemasaran tidak langsung yaitu dengan menyediakan fasilitas seperti pasar hewan di lokasi strategis, timbangan digital, bekerja sama dengan investor dan koperasi ternak; menetapkan kebijakan yang tepat; dan memanfaatkan peran penyuluh dan media massa dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan oleh peternak.
This study aimed to analyze marketing channels, calculate the marketing margins, describe the personal and situational characteristics of farmers, identify farmer risks based on the choice of marketing channels, and identify sources of information for beef cattle farmers in Bali Province. This research used descriptive research design, data collection done through in-depth interviews and observations. Respondents of 33 farmers were determined using the quota and purposive sampling method, and 19 middlemen used the snowball sampling method in eight districts and one municipality in Bali Province. The results showed that beef cattle marketing in Bali Province was dominated by 66.67% by indirect marketing and 33.33% direct marketing. The results of identification of personal and situational characteristics indicate that farmers dominated by male gender, productive age, the average length of time for formal education above six years, has more than 27 years experience, and priority motive for raising livestock is an additional income. The average number of beef cattle raised by farmers was 2.72 AU used direct and 3.05 AU used indirect marketing channel, with the average number of family members covered by farmers in both channels marketing are four people. The gross margin of marketing is only owned by farmers who choose an indirect marketing channel with IDR 1.715.771,60 per head. Farmers in direct marketing channels do not consider risk, while farmers in indirect marketing channels mostly speculate production (54.55%) and financial risk (59.09%). Livestock information available in Bali Province is dominated by personal information sources (70.69%) by direct and (66.67%) indirect marketing channels. The priority information sources for farmers in direct marketing channels is the buyer (25.86%) even though farmers' preference indicates that family members are motivated (27.27%) and understood (33.33%), and information from extension agents received (40.00%) and most preferred (38.46%). Farmers who choose indirect marketing channels have the largest informants from family members (20.29%) and also perceived as the most preferred source of information (28.57%), motivated (38.10%), received (33.33% ), and understood (33.33%). The most impersonal information sources are television media as much as 6.90% and 8.70%, preferred 7.69% and 10.71%, motivated 9.09% and 14.29%, received 10.00% and 14.29%, understood 14.29% and 11.11% respectively in direct and indirect marketing channels. This study concludes that the marketing of beef cattle in Bali Province is still dominated by indirect marketing with high gross margin values and risks considered, and the majority of livestock information available to beef cattle Bali Province from personal information sources. The strategy that needed to reduces farmers who chose an indirect marketing channel is to provide cattle market, digital weight, corporate with investors and cooperative, establish appropriate policies, and utilize the role of extension agents and mass media for disseminating information needed by farmers.
Kata Kunci : peternak sapi potong, saluran pemasaran langsung, saluran pemasaran tidak langsung, sumber informasi impersonal, sumber informasi personal