STRATEGI KONSERVASI ARSITEKTURAL DI GEREJA BLENDUK SEMARANG

YOHANES KHRISNA H P, Dr. Mahirta, M.A.

2020 | Tesis | MAGISTER ARKEOLOGI

Pada penghujung tahun 2019, BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah bersama GPIB (Gereja Protestan Indonesia Barat) Immanuel Semarang merencanakan konservasi arsitektural di Gereja Blenduk. Sebagai cagar budaya nasional dan living heritage, rencana konservasi tersebut perlu disiapkan dengan matang. Masalahnya, dengan kondisi Gereja Blenduk saat ini, diperlukan rencana konservasi fisik yang tepat dan juga memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan para pemangku kepentingan. Penelitian ini merupakan pendekatan baru dalam menyusun rencana konservasi arsitektural. Sesuai dengan kondisi, penanganan fisik menjadi dua tahapan, pertama saat pra keputusan konservasi dan kedua, pasca keputusan konservasi. Pada tahapan pra-konservasi, peneliti menggunakan dua pendekatan. Pertama adalah dengan pendekatan arkeologi bangunan yang dibantu rekaman data point cloud dalam menilai kondisi kelayakan setiap elemen arsitektural. Kedua, dengan pendekatan Interpretive Structural Modeling (ISM) guna menemukan kesesuaian perspektif antara peneliti dengan para pemangku kepentingan. Berdasarkan dua pendekatan dapat diputuskan prioritas konservasi pada elemen atap kubah, menara, dan atap datar. Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan ISM memberikan keputusan konservasi yang lebih baik. Keputusan konservasi juga mengarahkan perlunya segera dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bahan penyusun, bahan pelapis, dan bahan pengganti. Untuk mempersiapkan penanganan konservasi selanjutnya, BPCB Jawa Tengah dan GPIB Immanuel Semarang membutuhkan studi teknis dan perencanaan yang tidak bertentangan dengan peraturan pengadaan barang jasa.

At the end of 2019, Heritage Conservation Office of Central Java (BPCB), together with the GPIB (West Indonesia Protestant Church) Immanuel Semarang are planning the architectural conservation of the Blenduk Church. As a national cultural heritage and living heritage, the conservation plan needs to be prepared carefully. The problem is, with the current condition of Blenduk Church, a proper plan is needed that also takes into account the needs and capabilities of stakeholders. This research is a new approach to preparing architectural conservation plans. Under the conditions, physical handling becomes two stages, first during the pre-conservation decision and second, after the conservation decision. In the pre-conservation stage, researchers used two approaches. The first is the building archaeology approach assisted by point cloud data records in assessing each architectural element's feasibility. Second, with the Interpretive Structural Modeling (ISM) approach to find a proper perspective between researchers and stakeholders. Based on the two approaches, conservation priorities can be decided on the elements of dome roofs, towers, and flat roofs. This research proves that the ISM approach provides better conservation decisions. The conservation decision also points to the urgent need for further research into the origin, coating, and substitute materials. To prepare for further conservation measures, the Heritage Conservation Office of Central Java and GPIB Immanuel Semarang require technical studies and planning that do not conflict with the procurement of goods and services.

Kata Kunci : konservasi arsitektural, strategi, Gereja Blenduk, Semarang, arkeologi bangunan, interpretive structural modeling