Ade', Abiasang na Reso: Konsep-konsep Arsitektur Rumah Panggung Saoraja Masa Sekarang
MUNARSI M, Dr. Ir. Djoko Wijono, M. Arch.
2020 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTURSalah satu arsitektur rumah tinggal warisan masa lalu yang masih bertahan hingga saat ini adalah rumah panggung Bugis di Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Rumah panggung di Baranti yang dibangun masa sekarang hadir dengan langgam yang mengadopsi bentuk-bentuk Rumah Saoraja bangsawan kalangan raja, digunakan baik oleh keturunan bangsawan (anakarung) maupun rakyat biasa (tosama). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi arsitektur dan menemukan nilai-nilai yang melatarbelakangi hadirnya arsitektur rumah panggung Saoraja. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik-kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi. Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai human instrumen. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua data yaitu data fisik dan data non-fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi serta membuat catatan lapangan. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu kualitatif deskriptif dan pendekatan fenomenologi. Menganalisis data hasil wawancara dengan pendekatan fenomenologi yaitu dilakukan dengan teknik induksi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa arsitektur rumah panggung saoraja masa sekarang memiliki karakteristik arsitektur dengan ciri fisik di antaranya yaitu fasad mengadopsi rumah bangsawan Bugis dengan timpa laja (tutup bubungan atap) dan tangga sapana sebagai sumbu tengahnya. Rumah saoraja memiliki dimensi yang lebih besar dibandingkan rumah-rumah panggung biasa. Bangunan induk menggunakan material komponen kayu kelas 1 sedangkan bangunan tambahan (tapping) menggunakan material beton.Ruang rumah Bugis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) ale' bola (bagian lantai) yaitu ruang utama dimana penghuni tinggal dan terbagi menjadi beberapa ruang-ruang di antaranya lontang riolo; lontang ritenga; lontang rilaleng serta tapping (bangunan tambahan) difungsikan sebagai dapur dan kamar mandi; (2) awa bola (kolong rumah). Hasil analisis induksi karakteristik arsitektur rumah panggung saoraja masa sekarang menemukan tiga aspek diantaranya yaitu aspek ekonomi, aspek sosio-kultural dan aspek spiritual. Ketiga aspek tersebut membangun tiga konsep yang ditarik dari teori lokal diantaranya yaitu ade' ,abiasang dan reso. Perwujudan arsitektur rumah panggung saoraja masa sekarang berlandaskan pada tiga konsep yaitu ade' ,abiasang dan reso. Rumah berlandaskan ade' tidak lain bertujuan agar rumah dan penghuninya terhindar dari segala macam marabahaya. Rumah dengan model berpanggung secara spasial terdapat kolong rumah dan bagian lantai merupakan rumah yang mampu mewadahi segala aktivitas dan abiasang orang Bugis. Rumah panggung saoraja masa sekarang mengekspresikan semangat reso melalui fasad, ukuran rumah, ruang tamu dan dimensi rumah. Reso adalah serangkaian upaya/kerja keras dan perjuangan meningkatkan finansial (ekonomi) melalui pendidikan dan pekerjaan guna meningkatkan kualitas hidup di tengah masyarakat.
One of the architectural of the past that still survives today is the Bugis houses in Baranti District, Sidrap Regency, South Sulawesi. The Bugis houses in Baranti which was built today comes with a style which adopts Saoraja House, the forms of the royal house of the king, used both by the descendants of the nobility (anakarung) and ordinary people (tosama). This research aims to explore the architecture and to discover the concept or value underlying Bugis Saoraja Houses at this time. This research uses naturalistic paradigm qualitative with phenomenology approach. The position of researchers in qualitative research acts as a human instrument. The data source in this study was divided into two data, physical data and non-physical data. The data collection is conducted by observation, interviews, documentation and make field notes. Data analysis in this study was carried out with two approaches namely descriptive qualitative and phenomenological approaches. Data obtained from interviews were analyzed using the phenomenological induction technique approach. The result of this study find that Saoraja Bugis houses architecture today has architectural characteristics with physical characteristics including the facade of adopting a Bugis aristocratic house with an override (roof ridge) and sapana stairs as its center axis. Saoraja's house has a bigger dimension than ordinary Bugis houses. The main building uses wood component materials while the additional buildings (tapping) use concrete materials. The room of the Bugis house can be divided into two parts, (1) ale'bola (part of the floor), which is the main room where the occupants live and is divided into several spaces including the lontang riolo; lontang ritenga; lontang rilaleng and tapping (additional buildings); (2) awa bola (under the house). The results of the induction analysis of the architectural characteristics of the Saoraja stage houses today find three aspects including economic aspects, socio-cultural aspects and spiritual aspects. These three aspects build three concepts drawn from local theories including ade ', abiasang and reso. The embodiment of the Saoraja house architecture today is based on three concepts ade ', abiasang and reso. A house based on ade' is intended to prevent the house and its residents from all kinds of evils. Spatially-modeled houses with spatial underneath houses and floor sections are houses that are capable of accommodating all Bugis activities and abiasang. The Saoraja Houses now expresses the spirit of reso through the facade, the size of the house, the interior elements of living room and the dimensions of the house. Reso is an efforts / hard work and struggles to improve financially (economically) through education and work to improve the quality of life in the community.
Kata Kunci : Arsitektur, Rumah Saoraja, Bugis