Sakdiah: Negosiasi Gender Dalam Musik Pop Gayo

RAUDHATUL JANNAH, Dr. G.R Lono L. Simatupang, M.A; Dr. Wiwik Sushartami, M.A

2020 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Musik pop Gayo didominasi oleh laki-laki. Hanya satu dari setiap sepuluh musisi pop--solo atau grup--yang berasal dari perempuan. Fenomena ini terjadi ketika semua aspek budaya di Gayo berada di bawah kekuasaan laki-laki. Kekuasaan tersebut pada waktunya menyebar hingga ranah industri musik pop Gayo. Di dalam lingkungan yang ekstrem tersebut Sakdiah masih mampu menarik perhatian masyarakat Gayo akan musiknya. Pada 1980-an, Sakdiah memulai kariernya di musik pop dan menjadi penyanyi perempuan paling populer hingga kini. Dia dijuluki sebagai 'Diva Gayo'. Ada lebih dari 70 judul lagu pop yang telah ia nyanyikan. Kasus ini menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki cara mereka sendiri untuk mencapai posisi tertentu di ranah musik pop daerah. Tesis ini hadir untuk menyelidiki bagaimana negosiasi yang dilakukan Sakdiah di dalam musik pop Gayo. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti akan berfokus pada dua bentuk musik yaitu, musik yang dimediasi (seperti kaset pita, CD, DVD, dan media streaming internet) dan musik yang ditampilkan secara live. Kedua musik tersebut nantinya akan dikaitkan dengan konteks masyarakat Gayo. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Sakdiah adalah salah satu agen penting atas perubahan sosio-kultural yang ada di dalam musik pop Gayo. Ia berhasil menembus batas-batas patriarki melalui musiknya. Adapun relasi yang ia bangun dengan pemerintah dan perbedaan yang ia pilih di dalam musiknya--pitch yang tinggi, perspektif perempuan di dalam lirik, unsur-unsur musik lokal Gayo--merupakan bagian dari perlawanan simbolik. Hal ini dilakukan untuk membangun pertahanan di lanskap musik pop Gayo. Perjuangan Sakdiah di dalam musik pop Gayo tidak bersifat perlawanan nyata melainkan menyiasati sistem di dalam area yang ideologi dan praktiknya masih dikontestasikan.

Gayo pop music is dominated by men. Only one in every ten pop musicians--solo or group--comes from woman. This phenomenon occurs when all aspects of culture in Gayo are under male rule. Nowdays this dominance spreads to their pop culture. In this extreme environment, Sakdiah is still able to capture the attention of the Gayo community. In 1980s, Sakdiah began her career in pop music and became the most famous woman singer. She is called as 'Diva Gayo'. There are more than 70 song titles published under her hand. This case has been pointed that women also have their own way of reaching the position in the realm of pop music. Considering to her progress as a woman, this paper investigates Sakdiah struggle in Gayo pop music. Starting from analyzing Sakdiah's music form, finding how she negotiated herself in the pop music constellation, looking for criteria of a woman singer favored by the Gayo community and answering why Sakdiah so welcome. In dismantling this problem, this research focus on two places, on popular music production (the recorded music such a tape cassette, CD,DVD, internet streaming media, etc) and her performance in the stage. From the results of the research, can be concluded that. This paper shows Sakdiah is one of crucial agent of socio-cultural changes in the Gayo music scene. Sakdiah has hit the Islamic and patriarchal culture in Gayo through popular music scene. The relationship that she created with the local government and the characteristics in her music--high pitch, women's perspective in the lyrics, elements of local Gayo music--can be seen as Sakdiah's strategy in creating a symbolic resistance to survive in the Gayo pop music landscape. Sakdiah's struggle in Gayo pop music is not resistance, but she does work around the system in areas where ideology and practice are still being challenged.

Kata Kunci : Negosiasi Gender, Gayo, Musik Pop Daerah, dan perlawanan