PLACEMAKING KAWASAN PERMUKIMAN DOME NGLEPEN SEBAGAI KAWASAN DESA WISATA
DANDI RAVIANDARU P, Syam Rachma Marcillia, S.T., M.Eng., Ph.D.
2020 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTURKawasan desa wisata rumah dome ini telah aktif menjadi tempat wisata pada tahun 2009. Cukup hanya dalam waktu 2 tahun, kawasan yang sebelumnya adalah kawasan relokasi rumah bantuan berubah menjadi kawasan desa wisata. Saat ini, cukup banyak pada area-area kawasan yang berubah fungsinya untuk menunjang wisatawan yang datang. Hampir setiap bulan selalu terdapat 1 acara atau kegiatan yang dimana acara tersebut mengundang banyak wisatawan seperti tour dari sekolah TK atau sejenisnya. Menciptakan tempat baru adalah jalan satu-satunya para masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Oleh sebab itu berubahnya sebuah permukiman paska bencana menjadi kawasan desa wisata ini adalah peran dari placemaking yang dilakukan oleh masyarakat dome. Hal ini memang tidak dapat dihindari mengingat permukiman dome ini adalah relokasi dari sebuah desa yang tertimpa bencana gempa bumi dan menghancurkan seluruh rumah mereka. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui placemaking yang ada pada permukiman dome. Perubahan konsep permukiman relokasi pasca bencana menjadi desa wisata adalah perbedaan konsep yang cukup signifikan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi placemaking pada kawasan permukiman dome selanjutnya diidentifikasi agar nantinya dapat membantu dalam membuat arahan dan rekomendasi placemaking permukiman desa wisata dome yang berkelanjutan dengan tetap mempertahankan citra dome. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengidentifikasi poin-poin variabel dan indikator pada kawasan penelitian sesuai dengan kondisi pengamatan di lapangan, kemudian mengolah data yang dihasilkan dan menganalisisnya berdasarkan teori-teori terkait. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat teori placemaking. Berdasarkan teori placemaking dalam tinjauan pustaka maka prinsip yang digunakan adalah teori dari Projcet for Public Space (2010). Fokus dalam penelitian ini adalah melihat place desa wisata yang sebelumnya berangkat dari rumah relokasi pasca bencana. Placemaking yang terjadi pada permukiman ini adalah suatu upaya yang disadari bersama para masyarakat untuk menjadikan desa wisata dan bentuk adaptasi masyarakat terhadap tempat baru. Hingga saat ini upaya placemaking tersebut berada pada ruang kawasan yang terdiri dari satu ruang privat dan tiga ruang publik. Placemaking secara garis besar masih belum tersentuh seluruhnya. Area entrance bagian tengah yang berdekatan dengan playground dan aula-outdoor area memiliki indikator placemaking yang tinggi menjadi central activity. Selain itu faktor internal seperti arahan dari sekretariat juga mempengaruhi terjadinya central activity. Sedangkan pada penilaian tingkat kedekatan terhadap wisatawan juga cukup menarik. Walaupun belum memiliki rasa dalam memiliki suatu tempat, dan ketergantungan terhadap tempat, ternyata secara keakraban terhadap tempat ini cukup baik.
This dome house tourism village area has been active as a tourist attraction in 2009. In just 2 years, the area that was previously the relocation area of the aid house has been turned into a tourist village area. At present, quite a lot in the areas of the region are changing their functions to support the tourist who come. Almost every month there is always one event or activity where the event invites many tourists such as tours from kindergarten or the like. Creating a new place is the only way for the community to make ends meet. Therefore, the change of a post-disaster settlement into a tourist village area is the role of placemaking done by the dome community. This is unavoidable considering that the dome settlements was relocating from a village that was hit by an earthquake and destroyed their entire home. This research aims to find out placemaking in dome settlement. The change of the concept of post-disaster relocation settlement into a tourism village is a significant difference in the concept. Also, the factors that influence placemaking in the dome settlement area are further identified so that later it can help in making directions and recommendations for placemaking for a sustainable dome tourism village settlement while maintaining the dome image. In this study, the method used is a qualitative method by identifying points of variables and indicators in the study area in accordance with the conditions of observation in the field, then process the data generated and analyze it based on related theories. The approach taken is to raise the theory of placemaking. Based on placemaking theory in literature review, the participle used is a theory from Project for Public Space (2010). The focus in this study is to look at the place of tourism village that previously departed from the post-disaster relocation house. Placemaking that occurs in these settlements effort that is realized together with the community to make tourism villages and forms of community adaption to new places. Until now, the placemaking effort is in regional space consisting of one private space and three public spaces. Placemaking in general still has not been touched completely. The central entrance area which is adjacent to the playground and the hall-outdoor area has high placemaking indicator as central activity. Beside internal factors such as the direction of the secretariat also affect the occurrence of central activity. While in the assessment of the level of closeness to tourist is also quite interesting. Here, although they do not yet have a sense of belonging to a place, and dependence on a place, it turns out that familiarity with this place is quite good.
Kata Kunci : Dome, Placemaking, Post-disaster