Laporkan Masalah

Pembingkaian dan Representasi Kandidat Presiden Indonesia Tahun 2019 oleh Media Internasional

PUTRI ANANDA SARI S, Dr. B.R. Suryo Baskoro, M.S.

2020 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIK

Pada 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Presiden dengan Joko Widodo dan Prabowo sebagai pilihannya. Pilpres yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali ini tidak luput dari sorotan media, terutama New York Times dan The Guardian. Penelitian ini bertujuan untuk menyingkap bagaimana kedua media tersebut membingkai Jokowi dan Prabowo dalam beritanya. Untuk mengidentifikasikan bagaimana kedua media membingkai kedua kandidat, data dianalisis menggunakan model analisis Pan dan Kosicki (1993), khususnya melalui struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Analisis diperkuat juga dengan analisis representasi aktor sosial yang diperkenalkan oleh van Leeuwen (1996). Dalam hasil penelitian, ditemukan ada beberapa bingkai yang dihadirkan. Pertama, kedua media sama-sama menggambarkan Jokowi sebagai 'orang luar' yang benar-benar berjuang dari bawah, sedangkan Prabowo disebutkan sebagai tokoh yang sudah pernah mengabdi dan tergolong dalam pemerintahan. Kedua, Prabowo cenderung dibingkai berdasarkan pelanggaran di masa lalunya, sedangkan Jokowi dibingkai berdasarkan pencapaiannya saat menjabat sebagai Presiden. Selain itu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa NYT cenderung memihak pada Jokowi. Hal tersebut diperlihatkan dan ditampilkan di hampir setiap analisis. Di sisi lain, The Guardian cenderung tidak memihak, karena kedua kandidat dicitrakan sisi positif dan negatifnya

On April 17, 2019, Indonesia held a Presidential Election with Joko Widodo and Prabowo as an option. The presidential election which is held every five years has not escaped the media spotlight, especially the New York Times and The Guardian. This study aims to reveal how the two media frames Jokowi and Prabowo in their news. To identify how the two media framed the two candidates, the data were analyzed using the Pan and Kosicki analysis model (1993), specifically through the syntactical structure, script structure, thematic structure, and rhetorical structure. The analysis is also strengthened by the analysis of the representation of social actors introduced by van Leeuwen (1996). In the research result, it was found that there were several frames presented. First, the two media both described Jokowi as an 'outsider' who fought from the bottom, while Prabowo was mentioned as a figure who had served and belonged to the government. Second, Prabowo tends to be framed based on past violations, while Jokowi is framed based on his achievements while serving as President. Also, researchers can conclude that NYT tends to favor Jokowi. This is shown and displayed in almost every analysis. On the other hand, The Guardian tends to be impartial, because both candidates are imaged both positive and negative.

Kata Kunci : pembingkaian, representasi aktor sosial, pemilihan presiden Indonesia 2019/ framing, representation of sosial actor, Indonesian national election 2019

  1. S2-2020-434472-abstract.pdf.pdf  
  2. S2-2020-434472-bibliography.pdf.pdf  
  3. S2-2020-434472-tableofcontents.pdf.pdf  
  4. S2-2020-434472-title.pdf.pdf